Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Perdagangan Bitcoin Ajukan Status Bangkrut di Pengadilan AS

Kompas.com - 11/03/2014, 06:36 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

DALLAS, KOMPAS.com - Runtuhnya Mt Gox Jepang, perusahaan perdagangan bitcoin, bergulir sampai ke pengadilan kebangkrutan Amerika Serikat. Ini bagian dari langkah hukum perusahaan setelah kerugian mata uang digital itu sampai 473 juta dollar AS. 

Kebangkrutan Mt Gox diajukan dalam petisi yang diumumkan pada Minggu (9/3/2014), sebulan setelah langkah serupa dilakukan di Jepang menyusul penutupan perdagangan mereka. Kasus di Amerika Serikat diajukan di bawah kode kebangkrutan Bab 15 dalam sistem hukum setempat. Aturan ini kerap disebut sebagai surga bagi perusahaan asing yang ingin menata kembali keuangan mereka.

Kejatuhan Mt Gox menjadi amunisi segar bagi sikap skeptis yang mempertanyakan keamanan dan daya tahan mata uang digital. Bitcoin meluncur pertama kali pada 2006, sebagai alternatif dari sistem moneter yang dikontrol pemerintah dan mengandalkan bank untuk sebagian besar transaksinya.

Setelah melayani pertukaran terbesar di dunia khusus untuk bitcoin, Mt Gox terperosok dalam kekacauan keuangan. Bulan lalu bursa membekukan akun mereka setelah Mt Gox mengakui tak dapat menjelaskan 850.000 bitcoin yang mereka terbitkan. CEO Mt Gox Robert Karpeles menyalahkan sebagian besar kerugian pada para peretas yang mengambil keuntungan dari cacat perangkat lunak bursa.

Mata uang yang hilang, senilai 473 juta dollar AS pada saat Mt Gox mengajukan kebangkrutan di Jepang, mewakili sekitar 7 persen bitcoins yang beredar di dunia, berdasarkan dokumen pengadilan. Meskipun berbasis di Tokyo, Jepang, Mt Gox juga membuka kasus kebangkrutan di Amerika Serikatu untuk menunda gugatan federal yang baru-baru ini diajukan di negara bagian Illinois atas nama semua warga Amerika Serikat yang dirugikan oleh runtuhnya bursa bitcoins.

Keluhan sipil diajukan terhadap Mt  Gox oleh penduduk Illinois, Gregory Greene, yang menuduh pertukaran ini terlibat dalam penipuan dan kejahatan lain. Gugatan berusaha disertifikasi sebagai class action yang akan mewakili semua warga AS yang telah membayar ke Mt Gox sebagai bagian dari perdagangan bitcoin atau mengalami pembekuan rekening bitcoins.

Steven Woodrow, pengacara Denver yang mewakili Greene, memperkirakan ratusan ribu orang dapat diwakili dalam kasus ini. Dalam sebuah wawancara Senin (10/3/2014), Woodrow mengatakan dia masih berniat untuk mencari perintah pengadilan federal yang akan membekukan komputer dan aset lain Mt Gox di Amerika Serikat. Sidang atas permintaan Woodrow untuk mendapatkan perintah pengadilan ini dijadwalkan berlangsung di Chicago, Selasa (11/3/2014).

Jika kasus di Illinois berhasi, pengacara Mt Gox berpendapat hal itu akan menguras keuangan perusahaan dan mengalihkan perhatian manajemen selama waktu kritis. Daftar yang disertakan dalam pengajuan kebangkrutan Mt Gox mencatat kewajiban senilai 64 juta dollar AS dan aset senilai 38 juta dollar AS.

Mt Gox berharap pula dapat menggunakan hukum kebangkrutan AS untuk menangkal gugatan yang diajukan tahun lalu di pengadilan federal Seattle oleh mantan mitra mereka di Amerika Serikat, CoinLab Action. Berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani pada November 2012, CoinLab seharusnya menggunakan teknologi Mt Gox untuk menjalankan pertukaran bitcoin di AS dan Kanada.

Namun, kerja sama itu bubar dalam beberapa bulan saja. CoinLab lalu menuntut Mt Gox untuk dugaan pelanggaran kontrak dan menuntut ganti rugi 75 juta dollar AS, berdasarkan dokumen pengadilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com