Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Produsen Minyak Sawit Ramah Lingkungan Terbesar di Dunia

Kompas.com - 22/03/2014, 20:39 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit ramah lingkungan terbesar di dunia. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menuturkan, 8,2 juta ton dari sekitar 60 juta ton total produksi crude palm oil (CPO) dunia tergolong ramah lingkungan.

"Dari 8,2 juta ton minyak sawit ramah lingkungan itu, 48 persen diproduksi Indonesia. Jadi, Indonesia adalah produsen minyak sawit bersertifikat berkelanjutan terbesar di dunia," ungkap Bayu, Jumat (21/3/2014).

Ini menjadi kabar baik di tengah kampanye hitam dari Uni Eropa soal CPO. Bayu menyatakan, beberapa waktu lalu, tim dari Indonesia mengikuti debat di Eropa soal CPO. Hasilnya, di tingkat parlemen Uni Eropa, mereka tidak mempertanyakan lagi apakah CPO tergolong komoditas ramah lingkungan.

"Sekarang pertanyaannya, bagaimana memproduksi sawit yang sustainable dan ramah lingkungan," katanya.

Namun, Bayu menambahkan, meski Indonesia menjadi produsen CPO ramah lingkungan terbesar dunia, pertanyaan dari parlemen Uni Eropa sulit dijawab. Jika asumsinya semua CPO yang dihasilkan Indonesia harus ramah lingkungan, ada kendala ketika produsen sawit adalah small holder (petani kecil).

"40 persen (sawit) diproduksi small holder. Proses sertifikasinya enggak murah," kata dia.

Adapun kendala kedua dalam menjawab pertanyaan perihal sustainability adalah umur sawit di Indonesia masih mencapai 30 tahun. Bayu menyebut, ini memerlukan peremajaan.

Kendala ketiga adalah ragam sertifikasi. Indonesia mengenal Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang bersifat sukarela (voluntary), sementara di dunia menggunakan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) yang sifatnya wajib (mandatory). Standar sertifikasi ini berkaitan dengan pembiayaan.

"Siapa yang membiayai, ini harus pelaku bisnis. (Namun) harus ada insentif, agar produksi CPO yang sustainable lebih diminati," jelasnya.

Kendati masih menemui banyak kendala, Indonesia masih optimistis pasar CPO di Uni Eropa tetap menjanjikan. Rata-rata konsumsi CPO Uni Eropa per tahun, sebesar 6,3 juta ton, dan lebih dari setengahnya atau sekitar 3,5 juta ton dipasok Indonesia.

Bayu mengatakan, Indonesia mampu memproduksi CPO ramah lingkungan sebesar 4 juta ton. Menurut Bayu, CPO Indonesia akan tetap dibutuhkan Uni Eropa karena lebih ekonomis. Produktivitas CPO sekitar 9 kali lipat dibanding minyak kedelai.

Jika Uni Eropa terus melakukan kampanye hitam atas produk CPO Indonesia, hal itu akan menyusahkan Uni Eropa sendiri, dan bisa jadi muncul inflasi. "Kita sepakat CPO ini harus diproduksi sustainable, tapi juga harus fair. Mereka juga harus memberlakukan aturan sustainability juga terhadap soyben, rapeseed, dan sebagainya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com