Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Kisah Petualangan Grup Bakrie di London

Kompas.com - 22/03/2014, 21:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
Drama Bumi Plc yang kini bernama Asia Resources Minerals (ARM), memasuki  babak akhir. Grup Bakrie, investor pendiri ARM,  perlu setahun lebih untuk memisahkan diri dari perkongsiannya dengan taipan Inggris, Nathaniel Rothschild.

Akankah kisah ini berakhir happy ending atau justru sebaliknya? Entahlah. Nirwan Dermawan Bakrie, petinggi Grup Bakrie, hanya menyatakan kelegaannya. "Alhamdulillah, transaksi sudah selesai," ungkap Nirwan seperti dikutip KONTAN, Jumat (21/3/2014).

Dia menyatakan, nyaris semua urusan sudah tuntas, termasuk pembayarannya. Kini, ia  tinggal menyelesaikan beberapa dokumen transaksi pemisahan (separation transaction). "Mungkin malam ini (tadi malam), semua selesai," tandas  Nirwan.

Nah, konsekuensi pemisahan ini, Grup Bakrie bisa memboyong lagi 29,2 persen saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dari tangan ARM. Tapi, Grup Bakrie berkewajiban menyetor 501 juta dollar AS atau Rp 5,71 triliun (kurs 1dollar AS= Rp 11.500).

Manajemen ARM menyatakan optimismenya bahwa transaksi pemisahan ini segera tuntas dalam sepekan ke depan.  Berdasarkan pengumuman resmi ARM yang terbit Jumat malam (21/3/2014), manajemen ARM menyatakan, Grup Bakrie telah mentransfer seluruh dana transaksi ini. Seluruh dana tersebut sudah tertampung dalam rekening khusus (escrow account).

Namun, lantaran terhalang libur akhir pekan, kemungkinan besar proses pencairannya akan berlangsung pada Senin (24/3/2014). “Oleh karena itu, ARM menyetujui perpanjangan perjanjian jual beli saham BUMI sampai Selasa, 24 Maret 2014, dan mudah-mudahan semua tuntas pada Senin (24/3/2014) atau paling lambat Selasa (25/4/2014),” tulis manajamen ARM dalam rilis yang diterima KONTAN, Jumat (21/3/2014) tengah malam.

Semula, kesanggupan Grup Bakrie mengakhiri transaksi ini memang sempat  diragukan. Maklum, ia meminta penundaan penyelesaian transaksi sampai lima kali. Grup usaha ini menyatakan perlu waktu untuk menyediakan  501 juta dollar AS sebagai mahar atas 29,2 persen saham BUMI.

Penundaan itu boleh dibilang pilihan yang paling rasional yang bisa dilakukan oleh Grup Bakrie. Sebab, valuasi harga saham BUMI  yang harus dibayarkan Grup Bakrie jauh di atas nilai wajar sahamnya.

Bayangkan, setahun terakhir, harga saham BUMI turun sekitar 61,5 persen. Pada 20 Maret  2013, harga BUMI berada di posisi Rp 780 per saham. Per 21 Maret 2014, harga saham perusahaan pertambangan batubara terbesar di Indonesia ini kurang dari setengahnya menjadi Rp 300  per saham.

Menurut  hitungan ARM, nilai buku 29,2 persen saham BUMI per 31 Desember 2013 hanya 372 juta dollar AS. Kini, valuasi 29,2 persen saham BUMI juga setara atau sekitar 372 juta dollar AS. Sementara Grup Bakrie harus menebusnya senilai 501 juta dollar AS.

Di atas kertas, Grup Bakrie harus menombok sekitar 129 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun. Dari mana menutup kekurangan itu, sementara nyaris semua bisnis Grup Bakrie sedang muram.

Boleh jadi, alasan itulah yang membuat Grup Bakrie yang dikomandoi Nirwan harus mengatur siasat dan mengeluarkan jurus manuver mencengangkan; menjual 23,8 persen  saham ARM kepada Ravenwood Acquisition Company Limited (RACL) milik Samin Tan senilai 223 juta dollar AS. Setidaknya jurus sakti ini efektif menyiasati kekurangan pendanaan tersebut.

Tentu saja, penyelesaian transaksi ini masih meninggalkan sejumlah jejak, yang bisa jadi akan menjadi kisah baru yang tak kalah seru. Termasuk, benarkah Grup Bakrie sudah mengubur dalam-dalam semua impiannya di bursa London dan mengikhlaskan ARM berada di bawah kendali Rothschild? Apakah semua urusan ARM memang sekarang murni dipanggul Samin Tan, salah satu kolega dekat Grup Bakrie? Sejauh ini, semuanya masih misterius.

Satu hal lagi, taruh kata semua transaksi ini tuntas pekan ini dan Grup Bakrie kembali memboyong BUMI ke Tanah Air. Akankah akhir drama itu juga membawa ending membahagiakan bagi investor ritel BUMI di bursa saham Tanah Air? Sekali lagi, semuanya masih misterius. (Yuwono Triatmodjo, Barly Haliem, Veri Nurhansyah Tragistina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com