Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/04/2014, 07:51 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com
— Kasus Kereta Api Malabar jurusan Bandung-Malang yang terguling di jurang sedalam 20 meter, Jumat, di Kampung Terung, Desa Pasirhuni, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengindikasikan perhatian pemerintah terhadap moda kereta api masih kurang.

Penilaian itu dikatakan ahli hukum transportasi dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Chandrawulan, Sabtu (5/4), di Bandung, Jawa Barat. ”Seharusnya sudah diantisipasi lokasi rawan atau daerah labil yang dilintasi kereta api (KA). Kasus ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kereta api lemah, khususnya dalam pemeliharaan dan pengawasan. Di sejumlah negara, moda transportasi KA amat diperhatikan sekaligus menjadi sistem transportasi utama,” ujarnya.

Ahli transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranoto, Semarang, Djoko Setijowarno, juga mengingatkan, jalur KA di Jabar perlu perhatian khusus dari pemerintah. Hal itu mendesak dilakukan untuk menjamin keselamatan karena rel KA di daerah itu dibangun di atas tanah tidak rata dan rawan bergerak.

”Jalur KA di Jabar dibangun Pemerintah Hindia Belanda dengan hati-hati menelusuri perbukitan dan lembah menghindari trase tanah gerak. Risikonya banyak jembatan dan terowongan. Laju direkomendasikan tidak lebih dari 100 kilometer per jam,” kata Djoko.

Menurut Chandrawulan, jika kawasan itu sangat rawan ambles atau longsor, diperparah lagi dengan kian banyaknya permukiman ataupun alih fungsi lahan KA, pemindahan jalur atau rel bisa menjadi alternatif. ”Jalur selatan dibangun pada masa kolonial Belanda. Sampai kini, kereta masih memakai rel lama,” ujarnya.
Tiga tewas

KA Malabar berangkat Jumat lalu pukul 15.30 dengan membawa 298 penumpang dari Stasiun Bandung dan 13 kru. Saat melintas di lokasi kejadian, intensitas hujan tinggi dan jalur yang dilalui berkelok. Di sisi kiri rel, dari arah Bandung, terdapat jurang sekitar 20 meter. Akibat hujan deras, tanah di lokasi kejadian longsor dengan bentangan sepanjang 25 meter.

Bantalan rel pun ambles sehingga posisi rel dalam keadaan menggantung. Ketika KA melintas, rel tak kuat menahan beban sehingga kereta keluar jalur hingga lokomotif dan dua gerbong eksekutif masuk jurang. Lokomotif saat itu menarik sembilan gerbong yang terdiri dari kelas eksekutif, kereta makan, kelas bisnis, kelas ekonomi, dan kereta barang.

Korban tewas dalam tragedi itu dipastikan tiga orang, yaitu Haris Budi Cahyono, warga Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur; Sri Hartanto, warga Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta; dan Ayu Diah Kusuma Ningrum, warga Kabupaten Malang, Jatim. Hartanto dan Ayu adalah staf PT Kereta Api Indonesia (KAI). Selain itu, 29 orang juga terluka.

Akibat kecelakaan itu, KA Malabar terlambat 14 jam tiba di Malang dan sejumlah KA lain di Jawa Tengah, Jatim, dan Jabar terlambat berangkat atau datang. Ada pula rangkaian KA yang dialihkan melalui jalur utara.

Dari Banten, Sabtu, dilaporkan, rangkaian KA pengangkut batubara anjlok di Stasiun Rangkasbitung, Lebak. Menurut Kepala Humas PT KAI Operasi I Agus Komarudin, KA yang anjlok itu sudah diatasi. Hanya jadwal beberapa KA lokal sempat telat.(sem/che/ron/gre/dia/bay)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com