Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Maskapai Menutup Rute Penerbangan

Kompas.com - 08/04/2014, 07:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah maskapai penerbangan menutup beberapa rute yang selama ini mereka layani. Alasan mereka bervariasi, mulai dari mengevaluasi jaringan hingga jumlah penumpang yang tidak bisa menutup biaya operasional.

General Manager Marketing PT Sky Aviation Sutito Zainudin, kepada Kompas di Jakarta, Senin (7/4/2014), mengakui maskapainya berhenti beroperasi untuk sementara.

”Saat ini kami sedang melakukan pembicaraan dengan investor baru yang akan menambah kekuatan finansial kami. Proses pembicaraan sudah final. Akan kami bahas lagi dan segera kami informasikan,” katanya.

Sky Aviation melayani penerbangan ke 20 kota di Indonesia dan Malaysia, antara lain Jakarta, Surabaya, Banyuwangi, Denpasar, Maumere, Labuan Bajo, Lampung, Batam, dan Pontianak. Pemberhentian itu berlaku di semua kota yang dilayani Sky Aviation.

Dari Pontianak, Kalimantan Barat, Sky Aviation biasa melayani rute Batam dan Natuna. Di kota ini Sky Aviation sudah tidak beroperasi sekitar 20 hari.

”Hingga saat ini belum ada laporan resmi kepada kami. Diperkirakan karena penjualan tiket tidak mampu menutup biaya operasional maskapai, seperti membayar gaji pilot, bahan bakar, dan perawatan pesawat,” tutur Operation Service Manager Bandara Supadio, Pontianak, Usmulyani Alkadrie.

Usmulyani mengatakan, saat ini persaingan antarmaskapai penerbangan semakin ketat. Apalagi dengan sistem yang sudah semakin terbuka. Akibatnya, maskapai berlomba strategi memenangi persaingan.

Head of Corporate Secretary and Communications AirAsia Indonesia Audrey Progastama mengatakan, demi efisiensi, AirAsia Indonesia menutup rute penerbangan Jakarta-Makassar.

Audrey mengakui, semua maskapai kini menghadapi tantangan besar dengan mahalnya harga avtur. ”Tantangan harus diatasi dengan meningkatkan pendapatan dan mengefisiensikan biaya operasional,” ujarnya.
Evaluasi jaringan

Sebelumnya, maskapai Tigerair Mandala menutup sementara 11 rute penerbangannya. Penutupan dimulai 10 Februari 2014 karena maskapai sedang melakukan evaluasi jaringan.

Dari Pekanbaru, Riau, dilaporkan, Sriwijaya Air menghentikan beberapa penerbangan dari dan ke Pekanbaru sejak sebulan lalu. ”Kami memang menghentikan penerbangan dari dan ke Pekanbaru dalam rangka restrukturisasi rute, tetapi sifatnya hanya sementara,” ujar Yulisa, District Manager Sriwijaya Air Pekanbaru.

Yulisa tidak memberikan penjelasan tentang tenggat restrukturisasi rute penerbangan Sriwijaya Air. Proses kaji ulang itu sedang dilakukan pihak manajemen. Selama ini, Sriwijaya Air menerbangi rute dari Pekanbaru ke Medan, Batam, dan Jakarta.

Kepala Humas Sriwijaya Air Agus Soejono menyatakan, untuk mengurangi beban yang ditanggung, Sriwijaya Air menutup beberapa rute penerbangan. ”Ada beberapa rute yang ditutup, terutama semua rute yang menuju Pekanbaru. Selain jumlah penumpangnya rendah, di sana juga berulang kali ditutup akibat asap. Lebih baik kami menutup rute itu, lalu memindahkan ke rute lain yang lebih baik,” tutur Agus.

Secara terpisah, Baiquni, Duty Manager Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Pekanbaru, mengungkapkan, berhentinya pengoperasian Sriwijaya Air dari dan ke Pekanbaru memang terkesan mendadak.

Penerbangan dari dan ke Pekanbaru selama ini, menurut Baiquni, memang cukup ketat. Saat ini ada 16 maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke Bandara SSK II.

Untuk beberapa rute, Sriwijaya Air harus bersaing dengan Garuda Indonesia, Lion Air, Silk Air, AirAsia Indonesia, dan Mandala. Dahulu, misalnya, rute Pekanbaru-Medan pergi-pulang hanya dilayani dua maskapai, yakni Sriwijaya Air dan Lion Air. Belakangan maskapai AirAsia dan Garuda Indonesia membuka jalur ke Medan sehingga persaingan semakin berat.

Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia (INACA) Tengku Burhanuddin, pendapatan maskapai memang telah bertambah dengan adanya biaya tambahan (surcharge). Namun, pemulihan dari efek melemahnya rupiah waktu itu hingga kini masih terasa. Beberapa waktu lalu pemerintah memperbolehkan maskapai menerapkan tambahan biaya Rp 60.000 per jam terbang. Namun, hingga saat ini beban maskapai penerbangan masih terasa berat.

”Ada banyak sebab mengapa saat ini maskapai penerbangan masih merasakan beban yang cukup berat. Nilai rupiah saat ini sudah lebih menguat atas dollar AS, tetapi belum kembali ke bawah Rp 10.000. Harga avtur masih sangat tinggi. Selain itu, sudah jadi kondisi umum, selama Januari-April, penumpang penerbangan pasti menurun,” kata Tengku.

Tengku membantah adanya perang tarif di antara maskapai penerbangan sehingga penerbangan-penerbangan kecil tak kuat menghadapi tarif yang ditetapkan maskapai besar. ”Kalau itu tidak mungkin terjadi saat ini. Mau seberapa murah tarif dapat diterapkan ketika biaya operasional begitu tinggi,” ujarnya.

Menurut Presiden Direktur Citilink M Arif Wibowo, strategi Citilink adalah memaksimalkan perjalanan yang sudah ada tanpa menurunkan harga. Menurut dia, sebenarnya animo masyarakat untuk terbang masih tinggi. (A12/ESA/SAH/ARN/RYO/MAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com