Dengan perolehan tersebut, PDI Perjuangan harus menggandeng partai lain untuk berkoalisi, jika ingin mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden.
Menko Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa menganggap kekecewaan pasar adalah hal yang wajar, dan hanya bersifat sesaat (temporary).
“Market kita sedikit ragu-ragu karena ekspektasi tidak sesuai yang diharapkan. Ini menurut saya sesuatu yang sangat sesaat, dan di dalam politik itu kadang-kadang memberikan sinyal positif, dan kadang-kadang negatif, tapi bersifat temporary,” terangnya di Kantor Kemenko, Jakarta, Jumat (11/4/2014).
Sebagai informasi, Kamis lalu (10/4/2014), sejumlah indikator yang menunjukkan tidak puasnya pasar atas pencapaian PDI Perjuangan antara lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terperosok 3,3 persen di level 4.757.
Selain itu, yield obligasi pemerintah yang bertenor 10 tahun naik menjadi 7,8 persen, serta nilai tukar rupiah yang turun sekitar 0,4 persen menjadi Rp 11.338 per dollar AS.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengamini, hasil pileg yang tidak sesuai harapan, menyebabkan ketidakpastian pasar.
“Ekspektasi ke PDI-P atau Jokowi effect signifikan, sehingga kepastian makin kecil ketika keluar hasil seperti itu. Kan ketidakpastian makin tinggi PDI-P belum bsia memajukan Jokowi. Secara mendasar, pasar tidak suka ketidakpastian,” papar Purbaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.