"Tujuannya (akusisi) katanya adalah untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), syaratnya size-nya besar dan modalnya kuat, survival rate-nya (tingkat bertahan hidup). Bank Mandiri dan BTN tidak cocok, nanti survival rate-nya akan rendah," ujar Deni dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (21/4/2014).
Deni memperhitungkan, bila BTN dicaplok Bank Mandiri maka survival rate BTN akan sekitar 35 persen. Sementara itu, apabila misalnya BNI (Bank Negara Indonesia) yang mencaplok maka survival rate BTN akan sekitar 20 persen dan bila dicaplok BRI (Bank Rakyat Indonesia) akan sekitar 20 persen.
"Kalau mau dipaksakan, jangan sama Bank Mandiri. Kalau BTN tetap sendiri, maka survival rate-nya 78 persen," ujarnya.
Selain itu, sebutnya, dalam penggabungan tersebut pun tidak bisa sembarangan. "Dalam suatu akusisi ada syaratnya. Bagaimana dalam akuisisi itu sifat dan karakter serta perilakunya sama atau tidak," kata Deni
Lebih jauh, Deni memaparkan rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri tidak bisa dilakukan secara satu arah. Pihak-pihak yang terkait harus meminta pendapat kepada pihak-pihak lain yang terkait pula, seperti karyawan, serikat pekerja, mitra, dan masyarakat.
"Saat akuisisi nanti kalau misalnya bergabung kan banyak yang harus diperhatikan juga. Misalnya saja perbedaan kemajuan teknologi, kultur, karakter pegawai, etos kerja, dan sebagainya," ujar Deni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.