Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Negara dengan Ongkos Produksi Termurah di Dunia?

Kompas.com - 28/04/2014, 07:05 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Siapa bilang biaya produksi Indonesia tinggi? Dalam sebuah penelitian, negara dengan ongkos produksi termurah di antara 25 negara eksportir terbesar dunia, ternyata bukan Tiongkok, bukan pula Thailand, melainkan Indonesia.

Harold L. Sirkin, seorang peneliti senior dari The Boston Consulting Group (BCG), dalam penelitiannya bersama kedua rekannya, Justin Rose dan Michael Zinser, menemukan bahwa Indonesia menduduki urutan pertama negara dengan biaya produksi terendah. Kemudian, setelahnya berturut-turut disusul oleh India, Meksiko, Thailand, Tiongkok, lalu Taiwan.

“Peringkat Amerika Serikat nomor 7 dalam penelitian kami,” kata Harold, dikutip dari businessweek.com, akhir pekan lalu.

Dalam riset dilakukan terhadap 25 negara tersebut, menunjukkan negara dengan biaya produksi termahal adalah Australia, Swiss, Brazil, Perancis, Italia, Belgia , dan Jerman. Semuanya memiliki biaya produksi 20 persen hingga 30 persen lebih tinggi dari Amerika Serikat.

Negara yang lebih murah sebelumnya, termasuk Brazil, Tiongkok, Republik Cheko, Polandia, dan Rusia mengalami peningkatan yang signifikan dalam biaya produksi relatif sejak tahun 2004 karena beberapa kombinasi. Diantara kombinasi tersebut, yakni kenaikan upah yang tajam, pertumbuhan produktivitas yang tertinggal, perubahan mata uang, dan peningkatan dramatis dalam biaya energi.

Sementara itu, lanjut Harold, beberapa negara yang biaya produksinya relatif mahal satu dekade yang lalu, terutama di Eropa Barat, telah menjadi lebih mahal dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Biaya produksi di Belgia dan Swedia naik 7 persen selama 2004-2014 relatif terhadap Amerika Serikat, dan di Perancis dan Italia mereka naik 10 persen. Adapun dua negara yang membuat langkah terbesar dalam daya saing manufaktur adalah Meksiko dan Amerika Serikat. Alasan utamanya adalah kenaikan upah yang stabil, peningkatan produktivitas yang berkelanjutan, nilai tukar yang stabil, dan keuntungan energi besar Amerika Serikat, sejak booming shale – gas.

“Banyak perusahaan terus membuat keputusan investasi manufaktur yang berbasis pada kondisi satu dekade atau lebih yang lalu. Mereka masih melihat Amerika Utara biaya tinggi, sementara Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia, terutama Tiongkok, biaya rendah. Data baru menunjukkan ada pasar yang kompetitif peluang manufaktur saat ini, dengan negara-negara berbiaya tinggi dan murah hampir di mana-mana,” terang Harold.

“Ketika perusahaan membangun pabrik baru, mereka biasanya menempatkan taruhan selama 25 tahun atau lebih. Mereka perlu hati-hati mempertimbangkan bagaimana struktur biaya relatif berubah dan bagaimana perubahan ini akan berlanjut di masa depan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com