Manfaat pertama menurut Sofyan adalah efisiensi biaya. Saat ini perseroan diakuinya mengeluarkan dana yang besarannya cukup signifikan untuk keperluan komunikasi. Dengan memiliki satelit yang mendukung komunikasi sendiri, maka BRI dapat menekan biaya operasional untuk komunikasi.
"Cost efficiency sudah sangat nyata. Rata-rata kami keluarkan uang Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar per tahun. Tahun depan bisa Rp 500 miliar sampai Rp 600 miliar. Satelit ini paling tidak bisa dipakai 15 tahun, anda bisa hitung berapa efisiensi yang kami dapat," kata Sofyan di kantornya, Senin (28/4/2014).
Manfaat kedua, lanjut Sofyan, adalah perbaikan dan peningkatan pelayanan kepada nasabah. Selama ini Sofyan mengakui sering terdapat keluhan nasabah terkait pelayanan berbasis teknologi informasi.
Satelit yang akan segera diluncurkan pada bulan Juni 2016 ini ditargetkan akan memperbaiki layanan teknologi perseroan kepada nasabah. "Kualitas pelayanan jadi concern kami. Kami sering dapat keluhan 'Pak, itu ATM mati (offline)' atau di kasir terlampau lama menunggu. Itu bukan masalah teknologi BRI, tapi komunikasinya yang kapasitasnya rendah atau diturunkan," jelas Sofyan.
Lebih lanjut, Sofyan memaparkan service level agreement (SLA) atau persetujuan tingkatan layanan hanya mencapai 65 persen saat layanan sedang sibuk. Inilah yang menyebabkan terganggunya pelayanan perseroan terganggu.
"Kalau satelit punya BRI sendiri kualitas jadi prima. Dan ini kan menyangkut masalah reputasi kami juga," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.