"Kenaikan harga properti akan sama dengan inflasi tahun lalu, sekitar 10 persen. Kita kalau lihat kondisi makro merupakan hal yang sangat dominan memengaruhi performa industri properti," kata Tulus di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (7/5/2014).
Bila dilihat dari supply dan demand industri, tidak terjadi banyak perubahan. Baik pemain maupun konsumen pun tetap sama. Permintaan tetap besar, apalagi ditambah dengan kekurangan mencapai 14 juta unit.
"Saat ini ada distorsi karena ada regulasi BI, yaitu LTV (loan to value), KPR inden, dan tingkat bunga meningkat. Nilai tukar juga. Itu semua memengaruhi. Kalau distorsi sudah tidak ada lagi, maka fundamental akan berperan sehingga recovery cepat," papar Tulus.
Perseroan, kata Tulus, menargetkan penjualan sebesar Rp 10 triliun dibandingkan Rp 9 triliun pada tahun 2013 lalu. Pun kinerja kuartal I-2014 diakuinya masih di bawah ekspektasi. Akan tetapi, perseroan masih optimistis, terutama setelah masa pemilu kondisi akan membaik.
"Kami harapkan setelah pemilu gejolak kurs, current account akan normal sehingga tingkat bunga akan normal dan fundamental properti akan membaik. Kami tetap confident terhadap kondisi ke depan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.