Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rancangan APBN Perubahan 2014

Kompas.com - 20/05/2014, 14:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi perekonomian nasional hingga kuartal I-2014 menunjukkan perkembangan yang memburuk dibandingkan dengan asumsi dasar ekonomi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.

Atas dasar itu, pemerintah mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2014. Menteri Keuangan Chatib Basri, di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Selasa (20/5/2014) memaparkan, pemerintah resmi memangkas asumsi laju pertumbuhan ekonomi menjadi 5,5 persen.

Sebelumnya dalam APBN 2014, laju pertumbuhan ekonomi dipatok di level 6 persen. Chatib menuturkan, dari sisi belanja negara, pelaksanaan APBN 2014 mengalami tantangan yang berat. Terutama, lanjut dia, akibat meningkatnya beban subsidi.

"Sebagai akibat langsung dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dari Rp 10.500 menjadi Rp 11.700 per dollar AS," ucapnya.

Tekanan subsidi tersebut juga dilatarbelakangi realisasi lifting pada kuartal I-2014 yang meleset dari asumsi APBN 2014.  Pemerintah pun merevisi asumsi lifting menjadi 818.000 barel per hari (bph).

Sebelumnya lifting minyak dalam APBN 2014 dipatok 870.000 bph. Sedangkan, lifting gas bumi direvisi dari asumsi awal 1.240 barel setara minyak per hari, menjadi 1.224 barel setara minyak per hari.

Selain mengubah asumsi ekonomi makro, pemerintah juga merombak skema belanja negara, akibat perlambatan ekonomi.

Kementerian Keuangan mengurangi target penerimaan pajak, dari 1.280,4 triliun menjadi Rp 1.232,1 triliun. Namun, belanja subsidi energi justru diperbesar. Subsidi bahan bakar minyak bertambah Rp 65 triliun menjadi Rp 285 triliun. Sedangkan subsidi listrik, naik Rp 35,7 triliun, menjadi Rp 107 triliun.

Chatib menerangkan, pembengkakan ini lantaran deviasi kurs rupiah yang cukup besar, dari Rp 10.500 per dollar AS, menjadi Rp 11.700 per dollar AS. Dia menegaskan, perubahan asumsi ekonomi makro ini dilakukan guna menjaga defisit APBN di level 2,5 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com