Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RAPBN-P 2014, Penerimaan Negara Melorot Rp 69 Triliun

Kompas.com - 20/05/2014, 15:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014. Salah satunya mengenai pendapatan negara yang terdiri dari penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Penerimaan negara dalam Rancangan APBN-P 2014 dipatok Rp 1.597,7 triliun, merosot Rp 69,4 triliun dari asumsi APBN 2014 yang sebesar Rp 1.667,1 triliun. Peneriman pajak direvisi dari Rp 1.280,4 triliun menjadi Rp 1.232,1 triliun, dengan rasio pajak yang ikut terpangkas dari 12,35 persen menjadi 12,24 persen.

"Ada pajak yang menurun karena pertumbuhan ekonomi yang melambat. Kemudian ada efek dari harga komoditas, harga minyak," ujar Menteri Keuangan Chatib Basri saat ditemui di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (20/5/2014).

Sementara itu, PNBP turun lebih dari Rp 20 triliun menjadi Rp 363,3 triliun dibanding dalam APBN 2014 sebesar Rp 385,4 triliun.

"Karena lifting-nya turun, PNBP turun. Di sisi lain juga lifting produksi turun dan subsidi mengalami peningkatan," sambungnya.

Realisasi lifting minyak saat ini sekitar 803.000-804.000 barrel per hari (bph), meleset di bawah asumsi APBN 2014 yang sebesar 870.000 bph. Turunnya lifting ini, menurut Kementerian ESDM, karena sumur-sumur minyak sudah tua sehingga produktivitas menurun.

Namun, pemerintah tetap optimistis lantaran pada November 2014 ini Blok Cepu akan mulai beroperasi dengan perkiraan lifting awal sebesar 165.000 bph.

Chatib menambahkan, dengan beroperasinya Blok Cepu, pemerintah mematok target lifting minyak dalam APBN 2015 sebesar 900.000 - 920.000 bph.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com