"Ya boleh saja orang mengatakan nol. Saya enggak akan mengomentari. Tapi yang jelas kami sudah berusaha," kata Susilo ditemui usai rapat anggaran yang batal, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (26/5/2014).
Susilo memiliki penjelasan mengapa subsidi BBM tidak mungkin tidak membengkak. Dia mengatakan, pertambahan kendaraan bermotor sangat banyak, terdiri dari 8 juta sepeda motor, dan 1 juta mobil. "Nah masalahnya itu kan subsidinya tidak mengenai sasaran," lanjutnya.
Susilo mengatakan, seharusnya yang mendapatkan subsidi BBM adalah orang yang tidak berpunya. Namun, pada kenyataannya orang-orang yang berpunya pun turut menikmati BBM bersubsidi.
"Ini kan ribet. Ini masalah hati. Enggak ada masalah dengan programnya ESDM. Ini ujung-ujungnya kesadaran masyarakat membantu negara," jelasnya.
Selain karena pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, penyalahgunaan terutama untuk jenis solar masih banyak terjadi khususnya di daerah-daerah dekat pertambangan. "Oleh karena itu, fokus kita daerah yang banyak tambang ini pengawasan akan kita gerakan. Ujung-ujungnya kembali lagi 'The Man Behind The Gun," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Banggar, Ahmadi Noor Supit, menyayangkan subsidi energi yang terus membengkak. Jika subsidi dalam RAPBN-P 2014 ini dijadikan baseline RAPBN 2015, dikawatirkan subsidi membengkak hingga Rp 500 triliun.
"Dan itu sangat mencemaskan. Sementara, penerimaan negara dari pajak terjadi penurunan. Kinerja ESDM hasilnya nol. Tidak ada kebijakan sehingga terus-menerus subsidi itu meningkat," ucap Ahmadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.