Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Bangkrut, Fery Kini Menjadi Juragan Bebek

Kompas.com - 29/05/2014, 09:12 WIB


KOMPAS.com -
Niat untuk berwirausaha bisa muncul kapan saja. Tak peduli usia, asal jeli melihat peluang dan kesempatan, tidak ada salahnya untuk mulai menginjakkan kaki ke lahan bisnis.

Jiwa untuk berbisnis itu telah dimiliki Fery Eka Laksmana sejak belia. Meskipun tak mengalir darah bisnis dalam keluarganya, Fery mengaku, sejak kecil sudah suka berjualan. Bahkan, ketika menginjak remaja, pria kelahiran Karawang Jawa Barat, 5 Februari 1981, ini semakin jeli membaca peluang bisnis yang terbuka.

Dia mencontohkan, saat sekolahnya mengharuskan penggantian sepatu setahun sekali, tanpa malu, dia mengumpulkan sepatu milik teman-temannya untuk dijual lagi. “Saya jual ke daerah Kosambi,” kenang dia.

Tak heran, ketika duduk di tingkat empat pendidikan tingginya, atau tepatnya tahun 2002, Fery berani membuka usaha peternakan sapi. Dia menggandeng investor dan menggelontorkan dana Rp 26 juta sebagai modal. “Saya terapkan sistem bagi hasil keuntungan dengan investor,” terang dia.

Kejelian Fery melihat peluang bisnis pun makin terasah. Peternakan sapi yang dekat dengan persawahan dan perkebunan, yakni di Cimalaya, Karawang, memberi ide pada Fery untuk membuka toko pertanian. “Saya melihat lahan pertanian dan perkebunan sangat luas, tapi hanya ada satu toko pertanian,” kata alumnus Fakultas Hukum, Universitas Parahyangan, Bandung ini.

Fery pun segera membuka toko yang menjual alat pertanian dan pupuk. Dia seperti menemukan peruntungannya di bisnis baru ini. Hanya dalam lima bulan pertama, ayah empat anak ini bisa mengejar omzet Rp 600 juta saban bulan. “Bahkan, mengalahkan usaha peternakan sapi yang telah dibangun selama tiga tahun,” seru dia.

Fery bilang, omzet cepat melejit lantaran lokasi tokonya berada di daerah yang tepat. Tak hanya di Karawang, dia pun berhasil mengembangkan penjualan hingga ke Majalengka, Sumedang, Tegal, dan Brebes, pada tahun pertama bisnisnya.

Fery yang waktu itu masih berusia 25 tahun pun menikmati hasil gemilang dari bisnisnya. Dia berhasil membeli rumah, mobil, dan berbagai fasilitas lain dari hasil jerih payahnya sendiri.

Utang menumpuk

Sayang, kesuksesan itu hanya berlangsung singkat. Pada tahun 2007, dia mendapat pengalaman yang tak akan terlupakan di sepanjang hidupnya.

Saat itu, Fery tengah mengirim pesanan lima truk tronton pupuk ke daerah Brebes, Jawa Tengah. Masing-masing tronton membawa sekitar 32 ton pupuk. Dalam perjalanan, rombongan Fery ini ditahan dengan tuduhan membawa pupuk gelap.

Dia dituding tidak memiliki surat-surat lengkap dan menjadi penyelundup pupuk ke daerah Brebes. Nama Fery pun sempat menghiasi headline beberapa media lokal. “Saya bingung kenapa ditahan karena saya tidak merasa melakukan kesalahan,” kata Fery.

Setelah urus sana-sini, akhirnya Fery diperbolehkan keluar dari kantor polisi dan pulang dengan truk-truk kosong. “Pupuk disita sebagai barang bukti. Nilai kerugian saya berkisar Rp 600 juta hingga Rp 700 juta,” kisah dia.

Karena kejadian ini, bisnis Fery bangkrut. Dia lantas menyadari, pengelolaan usaha yang berantakan juga menjadi salah satu penyebab kegagalannya. “Sikap saya ternyata memang belum menjadi pengusaha yang baik, keuangan dan manajemen karyawan juga masih berantakan,” ujar dia. Kebangkrutan itu juga meninggalkan utang hingga Rp 1,2 miliar.

Tak tahan dikejar debt collector, Fery mulai menjual aset-aset yang ia miliki. “Hasilnya bisa menutup setengah dari utang saya,” kenang dia.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com