"Pertumbuhan ekonomi dari 2010 sampai sekarang terus menurun. Kecenderungan perkembangan ekonomi 3 bulan terakhir dibandingkan periode sama tahun sebelumnya turun," kata Akhmad di Jakarta, Rabu (28/5/2014).
Pertumbuhan ekonomi yang rendah, kata Akhmad, disebabkan ekspor yang mencatatkan minus. Penurunan konsumsi pemerintah memang terjadi, akan tetapi dampaknya tidak signifikan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economis (CORE) Indonesia Hendri Saparini mengatakan, dengan tren penurunan tersebut, target capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen pada tahun 2014 akan sulit dicapai. Pada kuartal I 2014 saja perekonomian Indonesia telah mengalami perlambatan.
Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) diakui Hendri membuat kinerja ekspor Indonesia menurun.
"Pada triwulan I 2014 laju perekonomian kita terus melambat. Dampaknya karena pemberlakukan UU Minerba itu jadi tidak mengekspor ore lagi. Target 5,8 (persen) itu akan sulit," ujar Hendri.
Namun demikian, Hendri memprediksi pada kuartal II 2014 laju perekonomian akan lebih baik dibandingkan sebelumnya, meskipun perekonomiannya tidak lebih tinggi. Peningkatan konsumsi rumah tangga pada bulan Ramadhan dan menyambut hari raya Idul Fitri diakuinya menjadi faktor pendorong laju perekonomian.
"Pemerintah harus tetap menjaga laju inflasi memasuki puasa dan Lebaran agar daya beli masyarakat tetap stabil. Nanti di triwulan III dan IV mungkin lebih baik karena sudah ada presiden baru," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.