Perry menyebut kebijakan penarikan stimulus moneter Federal Reserve AS dan perlambatan ekonomi Tiongkok menjadi beberapa kondisi yang mempengaruhi.
"Kondisi globalnya masih kurang beruntung. Dampak dari tapering off AS dan perlambatan ekonomi Tiongkok, terus juga risiko geopolitik di beberapa negara menimbulkan uncertainty (ketidakpastian) di globalnya tinggi. Sehingga dari sisi global maupun domestik mempengaruhi nilai tukar," kata Perry di Gedung DPR, Selasa (3/6/2014).
Faktor lainnya yang mempengaruhi pelemahan rupiah diakui Perry adalah kondisi domestik. Ia menyebut kondisi neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan Indonesia yang masih mencatat defisit.
"Di triwulan II kan biasanya lebih tinggi. Seperti kemarin di April menunjukkan defisit neraca perdagangan hampir 2 miliar (dollar AS). Supply dan demand kan. Kalau defisit kan demand-nya lebih tinggi dari pasokannya," ungkap Perry.
Seperti diberitakan, rupiah di pasar spot dibuka melemah ke posisi Rp 11.832,5 per dollar AS. (baca: Makin Terpuruk, Rupiah Tembus Rp 11.800 Per Dollar AS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.