Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandiaga Uno: Lulusan Sarjana Banyak yang Nganggur

Kompas.com - 07/06/2014, 08:05 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - CEO PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG), Sandiaga Salahudin Uno, mengatakan, salah satu pekerjaan rumah yang menanti pemerintahan baru adalah penciptaan lapangan kerja. Lapangan kerja, katanya, niscaya ada jika iklim investasi kondusif.

"Banyak sekali pengangguran dari kalangan sarjana. Ada 420.000 sarjana tidak terserap pasar tenaga kerja kita. Maka dari itu, mengundang investor adalah keniscayaan," kata dia dalam diskusi bertajuk "Presiden/Wapres, dan Kabinet Baru Harapan Pengusaha" di Jakarta, Jumat (6/6/2014).

Dalam skala lebih luas, sebanyak 1,2 miliar orang dari 3 miliar orang di dunia membutuhkan pekerjaan. Lapangan kerja hadir dari kegiatan usaha yang didorong investasi. Oleh karenanya, dia menggarisbawahi pentingnya iklim investasi yang kondusif.

Untuk menciptakan hal itu, dibutuhkan beberapa terobosan. Pertama, aturan hukum yang jelas. Dia memberi contoh baik Malaysia yang investasinya meningkat pesat, lantaran aturan hukumnya jelas.

Kedua, kemudahan berbisnis. Sandi menuturkan, ironisnya Indonesia adalah berada di peringkat 120 dari 148 negara dalam hal kemudahan berusaha. Padahal, dari purchasing power, Indonesia masuk peringkat 10 besar dunia.

"Ini menjadi pertanyaan pemerintahan mendatang, kenapa isu birokrasi ini tidak bisa diselesaikan," imbuh Sandi. Mewakili dunia usaha, dia berharap, setidaknya peringkat kemudahan berusaha Indonesia bisa masuk 50 besar dunia.

Terakhir, iklim investasi akan menarik jika pemerintah bisa memperbaiki kendala logistik dan infrastruktur. Sandi mengatakan, logistik dan infrastruktur memakan 30 persen ongkos produksi. Kadang-kadang, imbuhnya, mencapai 50 persen dari total biaya.

"Inilah kenapa harga barang produksi Indonesia mahal (dibanding impor). Ini menyebabkan daya saing kita di peringkat 38, turun 2 tahun terakhir. Makanya, sebuah perusahaan yang inovatif pun tidak akan mendorong lahirnya competitiveness (jika logistik dan infrastruktur masih buruk)," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com