Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Pendapatan Per Kapita Indonesia Kalah dari Timor Leste

Kompas.com - 26/06/2014, 11:59 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam seminar Kajian Tengah Tahun Indef 2014 bertajuk Pembaruan Ekonomi atau Status Quo?, pengamat ekonomi, Faisal Basri, menyerukan untuk tidak memilih pasangan capres-cawapres yang Partai Demokrat menjadi koalisi di dalamnya.

Hal itu ia sampaikan setelah memaparkan "prestasi" yang diukir selama dua periode pemerintahan SBY. Akademisi Universitas Indonesia itu menuturkan, jatuh bangunnya perekonomian Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal.

"Gara-gara SBY, tren jangka panjang kita menurun. Kalau sesuai RPJMN-nya, dia seharusnya ini (PDB) naik, tapi ini declining. Indonesia kini declining trap," katanya di Jakarta, Kamis (26/6/2014).

Awalnya, kata Faisal, Indonesia memulai PDB yang tidak terlalu berbeda dari negara tetangga. Namun, dalam satu dekade ini, Korea Selatan mengalami kenaikan luar biasa, disusul Tiongkok. Bahkan, kini Timor Leste juga telah menyalip Indonesia.

Dia menyatakan, pendapatan per kapita Indonesia lebih rendah beberapa ratus dollar AS dibanding Timor Leste. Di samping indikator PDB, Faisal juga menyindir soal ketimpangan yang semakin tinggi.

"Kemiskinan turun, tetapi 20 persen terkaya naik juga. Ketimpangan naik 20 persen. Makanya, jangan mau status quo kalau kata Indef. Kalau mau status quo pilih SBY dan teman-temannya," kata Faisal.

Pertumbuhan pendapatan antara si kaya dan si miskin semakin timpang. Faisal menunjukkan, dari 100 kelompok penghasilan masyarakat, pertumbuhan pendapatan orang-orang kaya luar biasa. "Yang sini (kaya) naiknya segini, yang miskin segini. Ini seperti F1 banding bemo," katanya.

Di sisi lain, perekonomian Indonesia dinilainya semakin mengkhawatirkan. Indonesia dianggap sebagai pasar empuk untuk barang-barang luar negeri seperti mobil. Implikasinya, kebutuhan energi semakin besar, sementara saat ini produksi minyak mentah pun sudah defisit.

"Semua ini mengalami deselerasi. Oleh karena itu, harus ada regenerasi. Bener-bener harus revolusi mental memang," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com