Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

INDEF: Prabowo dan Jokowi Sama Saja

Kompas.com - 26/06/2014, 13:07 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior INDEF, Didin Damanhuri menilai kedua pasangan calon Presiden (capres) sama-sama, masih menempatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebagai orientasi pembangunan ekonomi. Padahal, banyak negara yang terjebak PDB Oriented, memiliki ketimpangan ekonomi sangat tinggi.

Dia menegaskan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan. "Dunia termasuk Indonesia terjebak oleh PDB oriented, dijebak untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya. Kedua capres begitu," katanya dalam seminar Kajian Tengah Tahun INDEF 2014 bertajuk "Pembaruan Ekonomi atau Status Quo?" di Jakarta, Kamis (26/6/2014).

"Kalau pertumbuhan ekonomi jadi orientasi maka umumnya akan gagal. Bukan gagal mencapai pertumbuhan ekonomi, tapi kesejahteraan rakyatnya dan ketimpangan. Indonesia sejak 10 tahun telah mengalami ketimpangan," lanjut Didin.

Sebagaimana diketahui, capres No.1 Prabowo Subianto menargetkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga di atas 10 persen, sementara capres No.2 Joko Widodo meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 7 persen per tahun.

Didin mencontohkan negara maju yang terjebak PDB oriented dan mengalami ketimpangan tinggi adalah Amerika Serikat. "Amerika Serikat PDB oriented. Memang superpower, tapi kemiskinan 18 persen, homeless 12 persen, ada 2 juta gelandangan akibat krisis, dibanding negara maju lainnya AS paling timpang," ujarnya.

Di sisi lain, negara yang menempatkan PDB hanya sebagai salah satu indikator ekonomi, kondisi perekomiannya cenderung stabil. Dia mencontohkan negara tersebut adalah Swedia.

"Misalnya Swedia yang buruhnya paling sejahtera di dunia bersama Jepang. Ini mereka menempatkan PDB sebagai indikator semata," kata Didin. Begitu pula dengan Eropa Utara dan Barat yang menyediakan sistem jaminan sosial yang baik bagi masyarakat.

Atas dasar pengalaman negara-negara tersebut, Didin menyebutkan, pemerintah mendatang perlu melakukan pembaruan ekonomi. "Indonesia terjebak PDB oriented maka perlu diperbarui. Diperlukan revitalisasi terhadap UUD 1945. Harusnya ekonomi kita full pada employment. Orientasi ini seperti dilakukan oleh Jepang. Kita juga sudah punya BPJS tinggal pelaksanaan," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com