Bioetanol itu merupakan produk anak usaha PTPN X, yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero). Bahan baku diambil dari tetes tebu selain ampas tebu.
Dirut PTPN X, Subiyono, mengaku kecewa dengan respons pasar dalam negeri yang minim terhadap pemanfaatan bioetanol untuk menopang ketahanan energi.
"Banyak orang bicara kedaulatan energi. Tapi mana kenyataannya? Negeri kita impor BBM terus, realisasi produksi minyak menurun, cadangan minyak bumi menipis, tapi ini ada potensi bioetanol yang sifatnya terbarukan dan ramah lingkungan malah tidak dioptimalkan," kata Subiyono.
Saat ini, pihaknya juga tengah menjajaki kerja sama ekspor dengan sejumlah pihak lain di luar negeri, di antaranya dari Korea Selatan, Taiwan, dan Belanda. "Yang saya heran, tidak ada satu pun dari dalam negeri yang melirik produk ini, akhirnya terpaksa kami ekspor," tambahnya.
Di Filipina, bioetanol memiliki prospek yang bagus, karena negara itu sedang gencar mencanangkan kewajiban pencampuran 10 persen bioetanol dalam bahan bakar kendaraan. Untuk keperluan itu, Filipina mengimpor bioetanol.
Peluang memasok pasar Filipina makin besar, karena Thailand akan mengurangi ekspor bioetanolnya dan akan digunakan sendiri seiring dengan implementasi mandatory blending dari E10 menjadi E20 (kewajiban pencampuran 20 persen bioetanol).
Bioetanol dihasilkan dari pabrik seluas 6,5 hektar yang ada di Mojokerto, Jawa Timur. Pabrik tersebut mempunyai desain kapasitas produksi sebesar 30.000 kiloliter per tahun. Bioetanol dihasilkan dari pengolahan terhadap hasil samping industri gula atau yang biasa disebut sebagai tetes tebu (molasses).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.