Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhub Minta Dirut KAI Tidak Alihkan Isu Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Kompas.com - 02/07/2014, 18:55 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


GARUT, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menanggapi pernyataan Dirut PT KAI yang mengatakan menentang pembangunan KA cepat Jakarta-Bandung karena tidak terlalu penting jika dibandingkan pembangunan kereta api di Sumatera.

Menurut Menteri Perhubungan, E.E Mangindaan, pembangunan KA cepat Jakarta-Bandung sudah satu program dengan pembangunan KA di Sumatera. Jadi menurutnya, Dirut KAI tidak perlu mengalihkan isu KA Jakarta-Bandung ke isu yang lain.

"Gini, semuanya ini memang satu program, yang serentak, di Sumatera sedang berjalan pergantian rel lama menjadi rel yang lebih standar internasional. Di jawa, sudah double track, sedikit tambahan speed. Satu lagi yaitu peningkatan kecepatan KA, kita jangan terlambat. Jepang sudah setuju. Jadi janganlah dialih-alihkan (isu ini)," ujar E.E Mangindaan di Garut, Rabu (2/7/2014).

Mangindaan menjelaskan bahwa pemerintah sudah menyetujui pembangunan KA cepat Jakarta-Bandung tersebut berdasarkan pertemuan yang dilakukan baik Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Kementerian Perhubungan.

"Kebetulan Gubernur Jabar sudah ketemu Jepang. Jepang juga sudah ketemu saya, saya persilahkan Jepang buat jakarta-Bandung. Kalau boleh setelah double track jadi kita buat kereta cepat di atas double track," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT KAI (Persero) Ignasius Jonan menilai megaproyek Shinkansen alias kereta api cepat Jakarta-Bandung yang menelan investasi sekitar Rp 56 triliun tidak berkeadilan.

"Soal kereta cepat Jakarta-Bandung, saya yang paling menentang. Itu tidak berkeadilan," kata Jonan dalam CEO Speaks on Leadership Class di Universitas Binus, Jakarta, Senin (30/6/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com