Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Grup Bakrie Tetap Mayoritas di Kaltim Prima Coal

Kompas.com - 07/07/2014, 07:23 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Konglomerasi asal India, Tata Power, memutuskan untuk mengurangi kepemilikan saham di Kaltim Prima Coal (KPC), anak usaha Bumi Resources (BUMI).

Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Saham Bombay (BSE), Jumat (4/7/2014), Tata Power menyatakan telah meneken kesepakatan (option agreements) untuk menjual 5 persen saham KPC ke salah satu entitas Grup Bakrie.

Nilai transaksi jual-beli itu ditaksir 250 juta dollar AS. Anil Sardana, Managing Director Tata Power mengatakan, opsi divestasi 5 persen saham KPC ini bagian dari strategi mencari dana tambahan untuk mengurangi utang. "Jika opsi divestasi ini terwujud, pasokan batubara ke pembangkit listrik kami tak akan terpengaruh karena kami masih punya 25 persen saham KPC," tulis Anil dalam keterangan resmi, Jumat.

Sejak Maret 2007, Tata Power memiliki 30 persen  saham di KPC dan anak usaha BUMI lainnya, PT Arutmin Indonesia (Arutmin). Nilai akuisisi dua anak usaha BUMI itu mencapai 1,1 miliar dollar AS.

Pada Februari lalu, Tata Power menjual 30 persen saham Arutmin senilai 500 juta  dollar AS ke salah satu entitas Grup Bakrie. Transaksi ini semula hendak diselesaikan Mei lalu. Tapi hingga kini, Tata Power dan Grup Bakrie belum memfinalisasi transaksi itu. Tata Power menargetkan penjualan saham Arutmin rampung bersama divestasi saham Mitratama Perkasa (PTMP) tahun ini.

PTMP adalah unit usaha PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA), anak usaha Tata Power. Pada Februari, Tata Power meneken perjanjian jual beli bersyarat untuk menjual 3.600 saham PTMP senilai 120 juta dollar AS. Tata Power menunjuk unit Grup Bakrie, Long Haul Holdings Ltd (LHH), sebagai broker divestasi saham PTMP. LHH akan menunjuk pembeli saham PTMP.

Kiswoyo Adi Joe, analis Investa Saran Mandiri menilai, langkah Tata Power menjual 5 persen  saham KPC ke Grup Bakrie tak berefek langsung ke BUMI. Yang pasti, Grup Bakrie ingin mempertahankan porsi mayoritas di KPC.

Awalnya, Grup Bakrie melalui BUMI, menguasai 65 persen saham KPC. Tapi Kamis (3/7/2014) lalu, BUMI mengalihkan 19 persen  saham KPC ke China Investment Corporation (CIC) lewat skema utang dikonversi ke saham (debt-for-equity swap). Ini adalah bagian dari pembayaran utang BUMI senilai 1,99 miliar dollar AS ke CIC. Selepas pengalihan, kepemilikan BUMI di KPC semestinya turun menjadi 46 persen.

Namun BUMI tetap menjadi pengendali dengan porsi 51 persen . Tambahan 5 persen  saham di KPC berasal dari perjanjian piutang dengan Recapital Asset Management. BUMI punya piutang lain dari reklasifikasi aset keuangan tersedia untuk dijual dari Recapital ke PT Kutai Timur Sejahtera (KTS). BUMI punya hak mengonversi piutang itu menjadi 100 persen kepemilikan saham KTS dengan penerbitan medium term notes. KTS memiliki 5 persen  saham KPC.

Di sisi lain, Standard & Poor Ratings Services, Jumat lalu, menurunkan peringkat kredit korporasi jangka panjang dan peringkat skala regional ASEAN milik BUMI, masing-masing menjadi selective default (SD) dari sebelumnya CC dan axCC.

Peringkat itu menyusut setelah BUMI mengalihkan 19 persen  saham KPC ke CIC. "Kami menilai transaksi ini sebagai pertukaran yang penuh tekanan," tutur Vishal Kulkarni, analis kredit Standard & Poor's, kutip Bloomberg. (Sandy Baskoro, Veri Nurhansyah Tragistina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com