Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Asing Hambat Produk Indonesia

Kompas.com - 14/07/2014, 08:18 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Hambatan yang dialami produk makanan-minuman Indonesia ke luar negeri tidak hanya dari segi tarif, namun juga non tarif.  Standar keamanan pangan menjadi salah satu yang dinilai Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman, akan menjadi penghambat produk Indonesia di luar tarif.

"Saya baru saja berkeliling dengan BPOM ke Amerika Serikat, ke Korea. Persaingan kini bukan cuma soal tarif. Supermarket-supermarket di Eropa sudah minta standar makanan BRC (British Retail Consortium)," ungkap Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman.

"Levelnya jauh lebih tinggi daripada HACCP. Kita bilang Indonesia rata-rata sudah punya HACCP. Tapi ternyata sudah enggak berlaku lagi di sana. Mereka minta lebih tinggi lagi," lanjut Adhi.

Sebagai informasi HACCP atau Hazard Analysis and Critical Control Points, merupakan sistem keamanan pangan yang diakui secara internasional, dan bersifat universal dalam perdagangan dunia. Standar ini diatur oleh Codex Alimentarius Comission, yang merupakan bagian dari Food and Agriculture Organization (FAO).

Adhi mengatakan, negara-negara industri maju terus melontarkan alasan klasik soal peningkatan standar keamanan pangan tersebut. Alasannya adalah demi keamanan pangan dan perlindungan konsumen. "Tapi saya rasa juga untuk menghambat produk masuk, nontarif barrier," kata Adhi.

Adhi khawatir, jika tidak mampu mengikuti "standar" asing tersebut, industri makanan-minuman Indonesia tak mampu bersaing. Negara tetangga seperti Korea juga sudah menerapkan standar BRC.

"Kalau enggak ikutan, kita otomatis kalah, meskipun kita bisa produksi. Makanya perlu dipikirkan ini. Terus terang standar kita lebih rendah dari negara-negara itu," ucapnya.

Dia berharap, dalam waktu dekat Presiden baru harus memikirkan soal daya saing ini. Terlebih lagi, industri makanan-minuman sudah menjadi industri strategis. Untuk masalah standar keamanan pangan ini, Adhi sedikit pesimistis, karena banyak industri kecil yang belum siap. Jangankan untuk global, persaingan di kawasan pun mereka belum tentu mampu memenuhi standar.

"Di ASEAN yang tertinggi levelnya itu Malaysia dan Singapura. Lalu level kedua ada Indonesia, Thailand, Philipina, dan Brunei Darussalam. Terakhir, Laos, Myanmar, dan Kamboja," papar Adhi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com