Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Prospek Bisnis Popok Produsen Indomie

Kompas.com - 17/07/2014, 08:01 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) kian ekspansif mengembangkan bisnisnya. ICBP mendiversifikasi usaha dengan memasuki bisnis popok bayi sekali pakai (diapers). Untuk menggarap bisnis ini, ICBP mendirikan joint venture dengan perusahaan asal Jepang, Oji Holdings Corporation.

Sebelumnya, ICBP masuk bisnis minuman non-alkohol bersama Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd dengan merek dagang Ichi Ocha. ICBP juga mendirikan perusahaan patungan dengan JC Comsa Corporation bernama PT Indofood Comsa Sukses Makmur yang bergerak di bidang jaringan restoran.

Analis Samuel Sekuritas Tiesha Narandha Putri menilai positif sejumlah ekspansi ICBP. Menurut dia, bisnis utama ICBP, yakni mi instan, mulai mature sehingga perlu membidik bisnis lain. “ICBP harus mencari sumber pendukung untuk pertumbuhan jangka panjang,” ujar Tiesha.

Sementara, analis Ciptadana Securities Christine Natasya khawatir diversifikasi bisnis yang terlalu banyak justru mengeluarkan biaya besar. “Bisnis baru biasanya dalam tiga tahun baru bisa memberikan kontribusi,” papar dia.

Christine dan Tiesha belum bisa menghitung kontribusi bisnis baru di bidang popok bayi dan restoran lantaran belum ada keterangan lebih detail dari ICBP. Namun, jika melihat dari bisnis minuman non-alkohol, hingga kini masih mencetak margin earning before interest and taxes (EBIT) negatif. “Di tahun awal, pasti akan mencetak loss,” ujar Tiesha. Selain menelan banyak biaya promosi, produk baru perlu waktu untuk diterima masyarakat.

Tahun ini, analis memperkirakan, ICBP tetap mengandalkan bisnis lama mereka. Konstribusi pendapatan ICBP paling besar berasal dari mi instan, yang menyumbang 69 persen total pendapatan. Di kuartal I-2014, penjualan mi instan naik 22 persen year-on-year (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pendapatan ICBP yang meningkat 21 persen (yoy) menjadi Rp 7,4 triliun.

Analis Indo Premier Julianto Wongso, dalam risetnya pada 28 Mei 2014, menilai positif prospek saham ICBP dalam jangka panjang. Namun, di jangka pendek, ICBP masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya dari harga bubuk susu yang tinggi. Selain itu, harga iklan dan promosi semakin meningkat sehingga menekan margin ICBP.

Sementara itu, konsumsi mi instan per kapita yang sudah tinggi membuat pertumbuhan pasar produk ini semakin terbatas. Julianto memperkirakan, pertumbuhan rata-rata volume penjualan 2,7 persen per tahun sepanjang 2013 hingga 2016, terutama didorong peluncuran produk baru dan premium. Untungnya, ICBP tahun ini sudah menaikkan harga jual rata-rata produk mi instan untuk mengimbangi depresiasi rupiah.

Christine memproyeksi, pendapatan ICBP tahun ini Rp 29,67 triliun, tumbuh 18 persen (yoy). Sedangkan, laba bersihnya akan mencapai Rp 2,64 triliun atau tumbuh 19 persen.

Julianto dan Christine merekomendasikan hold ICBP dengan target masing-masing Rp 11.150 dan Rp 10.400 per saham. Tiesha merekomendasikan buy dengan target Rp 12.000 per saham. Harga ICBP kemarin naik 5,26 persen menjadi Rp 10.500 per saham. (Wuwun Nafsiah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com