Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengurangi Peredaran Uang Palsu

Kompas.com - 23/07/2014, 23:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Masa menjelang dan saat Lebaran biasanya merupakan waktu konsumsi rumah tangga melambung. Bersamaan dengan itu, uang yang beredar di masyarakat meningkat. Kondisi ini membuka peluang semakin banyaknya uang palsu beredar.

Peredaran uang di bulan Juli tahun ini berbeda dibandingkan bulan-bulan lain. Selain momen puasa dan persiapan Lebaran yang memicu kenaikan konsumsi dan penggunaan uang, peningkatan uang beredar juga dipicu oleh penyelenggaraan pemilihan umum presiden. Kehati-hatian terhadap peredaran uang palsu seharusnya dilipatgandakan.

Merujuk data historis Bank Indonesia, pada bulan puasa dan Lebaran rasio temuan uang palsu tergolong tinggi. Pada Lebaran 2011 (Agustus), rasio temuan uang palsu adalah delapan lembar per satu juta lembar uang kartal yang diedarkan (UYD). Masa Lebaran 2012, rasio temuan uang palsu enam lembar per satu juta lembar UYD. Rasio yang sama terjadi pada masa puasa dan Lebaran tahun lalu.

Tahun ini rasio temuan uang palsu merangkak naik mendekati masa puasa dan Lebaran. Rasio temuan uang palsu pada Januari 2014 sebesar satu lembar per sejuta UYD. Hingga Mei, rasio menjadi empat lembar per sejuta UYD. Biasanya tren kenaikan rasio temuan uang palsu berlanjut hingga akhir tahun karena konsumsi juga tinggi saat perayaan Natal dan pergantian tahun.

Namun demikian, secara kumulatif rasio temuan uang palsu dalam lima tahun terakhir cenderung menurun. Jika pada tahun 2010 rasio temuan uang palsu sebesar 20 lembar per satu juta UYD, pada tahun 2011 angkanya turun menjadi 10 lembar per satu juta UYD. Adapun pada tahun 2012 dan 2013 rasio temuan uang palsu sebesar 8 lembar dan 11 lembar per satu juta UYD.

Uang kertas yang banyak dipalsukan adalah pecahan 100.000 dan 50.000. Dalam jumlah lebih kecil juga ditemukan uang palsu pecahan 20.000, 10.000, 5.000, dan 1.000 rupiah.

Dalam lima tahun terakhir, jumlah temuan uang kertas rupiah palsu terbanyak terjadi tahun 2010, yaitu 204.450 lembar. Selama dua tahun berikutnya terjadi penurunan jumlah temuan (lihat tabel), tetapi meningkat lagi pada 2013 menjadi 141.266 lembar.

Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling banyak ditemukan uang kertas rupiah palsu, terutama di DKI Jakarta sebagai wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia (50 persen) dan Jawa Timur (16,2 persen). Jawa menjadi pusat peredaran uang palsu tidak lepas dari keberadaannya sebagai pusat kegiatan ekonomi yang menyedot sebagian besar perputaran uang.

Meski secara kuantitas temuan uang palsu cenderung menurun, secara kualitas uang palsu yang beredar saat ini semakin baik dan semakin mendekati asli. Hal ini karena pencetakan uang palsu sudah memakai alat cetak yang lebih canggih. Namun, uang palsu masih bisa dideteksi secara manual dengan cara 3D, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang. Fitur pengamanan berupa benang pengaman, hologram, tanda air, dan tulisan mikro merupakan ciri keaslian yang sulit dipalsukan.

Temuan

Temuan uang kertas rupiah palsu biasanya didapat dari dua cara, yaitu hasil proses penyortiran uang kertas di Bank Indonesia dan laporan masyarakat kepada kepolisian dan pihak perbankan. Upaya pemberantasan pemalsuan uang kertas rupiah semakin gencar dilakukan. Tidak semata upaya preventif melalui edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat sebagai pengguna uang, tetapi juga melalui tindakan represif yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal).

Tergabung dalam Botasupal ini adalah Bank Indonesia, Badan Intelijen Negara, Kepolisian Indonesia, Kementerian Keuangan, Kejaksaan Agung, dan Kementerian Kehakiman yang bekerja sama dalam proses penyidikan tindak pidana uang rupiah palsu.

Gunakan kartu

Selain upaya preventif dan represif untuk memberantas pemalsuan uang rupiah, bentuk edukasi yang perlu gencar dilakukan harus mulai mengarah pada alat pembayaran menggunakan kartu, baik kartu debet maupun kartu kredit. Kemajuan teknologi memungkinkan hal ini terjadi. Tinggal bagaimana pemerintah dan pihak perbankan membuka akses seluas-luasnya sehingga masyarakat terbiasa dan percaya melakukan transaksi dengan kartu sebagai alat pembayaran.

Saat ini, data Bank Indonesia menunjukkan volume transaksi kartu debet meningkat tiga kali lipat, dari 1,1 miliar transaksi pada 2007 menjadi 3,4 miliar transaksi pada 2013. Nilai transaksi menggunakan kartu debet selama periode 2007-2013 meningkat dua kali lipat dari Rp 1.679 triliun menjadi Rp 3.797 triliun.

Volume transaksi menggunakan kartu kredit pada periode yang sama meningkat dua kali lipat dari 129,2 juta transaksi (2007) menjadi 239,1 juta transaksi. Dengan nilai transaksi meningkat tiga kali lipat dari Rp 72,6 triliun menjadi Rp 223,3 triliun.

Mengubah kebiasaan masyarakat dari menggunakan uang kartal ke kartu bayar menjadi tantangan tersendiri untuk menekan peredaran uang palsu. Tantangan ini sekaligus merupakan persiapan menuju masyarakat yang sesedikit mungkin menggunakan dana tunai (cash less society). (GIANIE/LITBANG KOMPAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com