Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Masih Impor Cabai Kering dari Tiongkok dan India, Kenapa?

Kompas.com - 25/07/2014, 16:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP), Kementerian Pertanian, Emilia Harahap, mengatakan, pengeringan cabai di Indonesia saat ini, bukan hanya sedikit, tapi juga sangat sederhana.

“Selama ini kalau ada yang mengeringkan cabai, masih dijemur dengan matahari seperti mengeringkan padi. Kita ingin juga mengajari mereka bukan hanya soal teknologi, melainkan kebersihannya,” kata Emilia kepada wartawan, di Jakarta, Kamis (24/7/2014).

Tahun depan, kata dia, Kementerian Pertanian mencoba membuat sentra industri pengeringan cabai. Teknologi sederhana yang digunakan adalah oven pengering. Untuk kapasitas kecil, sistem pengeringan ini membutuhkan dana Rp 200 juta.

“Kita akan coba di sentra cabai untuk pilot project, di salah satu kabupaten di Jawa Timur. Yang agak besar, mungkin kita akan bicarakan dengan Kementerian Perindustrian,” katanya.

Saat ini, lanjut Emil, industri pengeringan cabai menengah dan besar biasanya adalah yang menjadi mitra dari industri makanan minuman, seperti Indofood. Hal tersebut juga bertujuan untuk menjada suplai ingredien dari industri makanan minuman.

Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heryawan dalam kesempatan sama, mengatakan, di Indonesia saat ini proses membuat cabai kering belum banyak. Padahal kebutuhan industri makanan minuman semakin meningkat. Akibatnya, kata Rusman setiap tahun, Indonesia harus mengimpor ribuan ton cabai kering dari Tiongkok dan India.

Ia mengatakan, Kementerian Pertanian telah mengusulkan ke Menteri Keuangan untuk menghapus PPN industri pengolah cabai guna mendorong tumbuhnya industri pengolahan cabai. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com