Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Freeport Sudah Diizinkan Ekspor

Kompas.com - 29/07/2014, 13:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— PT Freeport Indonesia sudah bisa melakukan ekspor konsentrat tembaga dan emas setelah ditandatanganinya memorandum of understanding (MoU) dengan Pemerintah Indonesia akhir pekan lalu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung menjelaskan, meski sempat diwarnai deadlock, tetapi akhirnya terjadi kesepakatan antara Freeport dan Pemerintah Indonesia terkait bea keluar (BK). Namun, dia tidak menyebut besaran BK yang disepakati. Ia meminta media menanyakan langsung ke Menteri Keuangan Chatib Basri.

"Freeport selanjutnya tinggal ekspor. Kan semua sudah ditandatangani, sudah MoU, BK-nya udah keluar, rekomendasi izin ekspor dari ESDM sudah keluar, SPE (Surat Persetujuan Ekspor) dari Kemendag sudah keluar," kata Chairul Tanjung (CT) kepada wartawan dalam obrolan santai seusai open house di kediamannya, Menteng, Jakarta, Senin (28/7/2014).

Selanjutnya, CT mengatakan, sebelum melakukan ekspor, akan dicek ulang terkait persyaratan apa saja yang sudah dipenuhi Freeport seperti dalam MoU. Jika semua persyaratan terpenuhi, ekspor bisa dilakukan.

CT optimistis negara akan mendapatkan tambahan penerimaan dari sektor minerba sebesar lebih dari 5 miliar dollar AS, di mana sebanyak hampir 2 miliar dollar AS disumbang dari Freeport.

CT membantah bahwa perundingan dengan Freeport dilakukan diam-diam. Menurut dia, semua proses renegosiasi dilakukan terbuka dalam tiga bulan terakhir. Bahkan, publik pun tahu bahwa perundingan sempat menemui jalan buntu. Soal isi nota kesepahaman, CT menganggap tidak ada lagi yang perlu dibuka.

"Yang enam poin itu enggak ada yang enggak tahu. Mau dibuka ke publik yang apa lagi, orang semua terbuka. Dan kita mendapatkan banyak keuntungan, luar biasa," katanya.

Selain penerimaan negara bertambah lebih dari 5 miliar dollar AS, luas pertambangan Freeport juga berkurang menjadi 125.000 hektar, dari luas semula 212.950 hektar. Selain itu, imbuhnya, royalti yang disetor Freeport semakin besar, dari 1 persen menjadi 4 persen.

Freeport, lanjut CT, juga bersedia membayar BK untuk bisa ekspor selagi menyelesaikan smelter. Untuk membangun smelter, Freeport juga menyetujui membayar uang jaminan.

"Banyak lagi lain-lain. Jadi, dalam situasi seperti ini, negara kita sudah dapat banyak benefit. Jadi, kalau ada orang bertanya-tanya, ditanya balik, 'Kenapa?'. Kecuali saya negosiasi untuk menurunkan income pemerintah," kata CT.

Tidak ada perpanjangan

Perundingan yang sudah menghasilkan MoU itu, kata CT, nantinya akan diterjemahkan dalam amandemen kontrak karya (KK). Hal itu dilakukan oleh pemerintahan yang baru.

"Dan kita tidak memperpanjang. Yang bisa memperpanjang itu pemerintahan yang akan datang," ucapnya.

CT menambahkan, nantinya KK Freeport akan berakhir pada 2021, sesuai kontrak awal. Perubahan menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) akan dilakukan oleh pemerinahan baru pada saat proses pengajuan perpanjangan pada 2019.

"Jadi di UU-nya sampai 2019 tetap KK, tapi royalti, pajak, dan lain sebagainya sudah mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012. Tapi (jadi) IUPK-nya nanti waktu dia perpanjangan, berlaku IUPK yang 2 x 10 tahun," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com