"Masalah yang sedang kami amati adalah, ada atau tidaknya kenaikan harga BBM. Kalau ada dampak terhadap inflasi, maka mau tidak mau harus ada penyesuaian bunga lagi," kata Jahja di Jakarta, Jumat (29/8/2014).
Jahja mengungkapkan, saat ini perseroan belum memerlukan dana yang besar, sehingga BCA lebih memilih menurunkan suku bunga deposito. Jahja menjelaskan perseroan merencanakan untuk menurunkan suku bunga deposito pada bulan September mendatang.
"Suku bunga deposito sejak Agustus ini sudah turun 0,25 persen dari 9,25 persen. September akan turun lagi 0,5 persen. Jadi, sampai akhir tahun ini akan menjadi 8,5 persen," jelas Jahja.
Jahja mengungkapkan, jika setelah harga BBM subsidi dinaikkan, perseroan membutuhkan likuiditas tambahan, maka BCA akan kembali menaikkan bunga depostio. Likuiditas akan mengetat bila bank-bank memacu pertumbuhan kredit pada kisaran 20 hingga 25 persen.
Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan akan berkisar pada 12 hingga 14 persen. Jahja mengharapkan laju kredit industri perbankan berada pada 12 hingga 15 persen, sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan DPK.
"Jadi tidak akan terjadi pengetatan likuiditas yang lebih ketat lagi. Tidak akan seperti saat ini yang ada pada ekuilibiriumnya," ungkap Jahja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.