Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boediono Nilai Kelas Menengah Perlu Didorong Beralih dari Konsumtif ke Produktif

Kompas.com - 13/09/2014, 11:24 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden, Boediono, mengatakan bahwa upaya meningkatkan daya saing bangsa harus meliputi investasi ekonomi dan non-ekonomis. Semua sektor harus berperan menjadi satu kesatuan dalam peningkatan daya saing tersebut.

Boediono menuturkan bahwa seorang ekonom asal Jerman pernah menyatakan bahwa suatu bangsa akan sukses dan maju dalam percaturan global ketika bangsa itu bisa membangun kemampuan produktif. Menurut Boediono, teori itu relevan dengan kondisi Indonesia dan negara berkembang lainnya.

"Produktif bukan sekadar meningkatkan produksi barang, tapi lebih dari itu. Kemampuan produktif adalah kemampuan total bangsa itu untuk maju dan modern. Singkatnya, kemampuan bersaing dalam mengejar ketertinggalan," kata Boediono, di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (13/9/2014).

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu menegaskan, produktivitas bangsa tak dapat diukur dari besarnya produk domestik bruto (PDB) semata. Meski PDB suatu bangsa naik karena peningkatan produksi barang dan jasa, tapi hal itu tidak cukup untuk mengatakan bangsa itu produktif.

"Kenaikan PDB tidak mencerminkan kemampuan produktif yang lebih besar jika hanya barang di pasar dijual murah. Apalagi kalau yang dijual adalah kekayaan alam tanpa meningkatkan nilai tambahnya," ucap Boediono.

Ia melanjutkan, peningkatan daya saing bangsa sangat bergantung pada faktor utamanya, yakni pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan fisik dan modal. Dalam hal ini, Boediono menyampaikan petunjuknya bahwa pengembangan kreativitas manusia dan pembangunan infrastruktur merupakan dua hal yang paling berperan dalam peningkatan daya saing bangsa.

Salah satu faktornya adalah kelas menengah Indonesia. Menurut Boediono, untuk meningkatkan daya bangsa, pemerintah perlu memikirkan sebuah kebijakan untuk mendorong kelas menengah beralih dari masyarakat konsumtif menjadi masyarakat produktif.

Pasalnya, jumlah kelas menengah di Indonesia semakin besar dan dianggap mampu menentukan arah kehidupan ekonomi dan arah politik suatu bangsa.

"Apa yang bisa dilakukan? Mungkin bisa kebijakan perpajakan. Tapi terbatas, karena penghindaran mudah terjadi, termasuk uang yang lari ke luar negeri. Barangkali kita bisa mengetuk rasa patriotismenya. Ini belum tentu berhasil, tapi bisa kita coba," ungkapnya.

Faktor lain, lanjut Boediono, adalah peningkatan kreativitas yang harus diterjemahkan dengan menjabarkan inovasi menjadi sebuah karya riil yang memberi manfaat pada masyarakat. Salah satu penopangnya adalah budaya wirausaha.

"Jadi tidak hanya investasi di pendidikan dan sarana, tapi harus juga melalui program dan kebijakan khusus agar wirausaha mampu menerjemahkan ide menjadi praktik nyata," ujarnya.

Dalam upaya itu, imbuh dia, pemerintah juga harus membangun sistem pertahanan pada krisis. Pasalnya, krisis ekonomi bisa datang sewaktu-waktu dan mampu menghancurkan sistem ekonomi sebuah bangsa.

Formula baku yang disepakati untuk membangun sistem pertahanan pada krisis itu adalah memperhatikan kebijakan fiskal, pengendalian hutang di titik yang aman, kebijakan moneter yang responsif, menjamin fleksibilitas kurs dan lainnya.

"Perangkat ini harus menjadi perangkat integral dalam membangun daya saing bangsa menjadi makin lengkap," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com