Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Gula Lokal Lebih Mahal, Ini Alasannya

Kompas.com - 17/09/2014, 17:11 WIB
Tabita Diela

Penulis

 


PALEMBANG, KOMPAS.com -
Gula hasil produksi dalam negeri kalah saing dengan gula impor. Direktur Keuangan PT Rajawali Nusantara Indonesia, Dandossi Matram mengatakan, hal ini terjadi lantaran gula pasir yang diproduksi di Indonesia lebih mahal ketimbang gula impor. Tingginya biaya produksi membuat harga yang ditawarkan menjadi lebih mahal.

Tingginya harga gula produksi dalam negeri rupanya wajar dan masuk akal. Menurut Dandossi, rendahnya kualitas bibit tebu di Indonesia membuat hasil produksinya juga sedikit. Sementara, biaya produksinya sama dengan biaya produksi tebu berkualitas tinggi yang menghasilkanya lebih banyak gula.

Potensi produksi gula, atau potensi rendemen sebagatang tebu di Indonesia saat ini hanya 8 atau 9 persen. Sementara, di Thailand dan Australia, rata-rata rendemennya mencapai 14 persen. Rendemen pun hanya potensi. Gula yang berhasil diproduksi di Indonesia umumnya lebih rendah dari potensi. Sebagai contoh, jika rendemennya 9 persen, maka yang dihasilkan biasanya 6 atau 7 persen.

"Di Indonesia menghasilkannya cuma setengah kilo, yang di luar negeri akan menghasilkan sekilo. Sehingga harga dari dalam negeri bisa dua kali lipat," ujar Dandossi.

Menurut Dandossi, ada saja pihak yang menyalahkan tuanya usia pabrik gula sebagai penyebab rendahnya jumlah produksi gula dari tiap tebu. Padahal, usia pabrik gula tidak menjamin produksi gula bisa meningkat atau menurun. Sebaik apapun kualitas pabrik, menurutnya, hanya akan menekan angka kehilangan dalam proses produksi.

Di Indonesia, sebut Dandossi, pabrik modern bisa menekan jumlah kehilangan produksi (recovery rate) sampai 84 persen. Sementara, pabrik dengan usia lebih tua bisa menekan jumlah kehilangan produksi sampai 78 persen.

"Tidak banyak orang menyadari bahwa masalah kita bukan di pabrik gula, karena pabrik gula sudah selalu diperbaiki terus. Ada teknologi baru ditambah, diperbaiki," imbuhnya.

Karena itu, Dandossi mendorong adanya langkah pemerintah yang secara aktif memberikan perhatian dan melakukan pengembangan varietas tebu. Dengan adanya pengembangan, kualitas tebu akan semakin baik, produksi semakin efektif, dan harga gula bisa bersaing tanpa perlu mengorbankan produsennya.

"Pemerintah harus kreatif. Pengembangan varietas tetap harus dilakukan, seperti padi di Indonesia. Tebu itu seakan-akan dilupakan. Harusnya, mencari varietas bibit terbaik di dunia dan mana yang cocok untuk ditanam di Indonesia. Dan berhenti menyalahkan pabrik gula yang tua," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com