"Nanti kalau dikasihnya ketinggian, orang enggak kerja. Dia berhenti dari kerja dan hidup dari BLSM," kata Chatib kepada wartawan di Jakarta, Jumat (26/9/2014).
Menurut Chatib, yang namanya BLSM itu harus dipandang sebagai kompensasi sementara untuk mengantisipasi terjadinya shock (guncangan) ketika harga BBM naik. "Kalau permanen orang enggak kerja," kata dia.
Dia bilang, jumlah rumah tangga sasaran yang nantinya mendapat BLSM seharusnya tidak jauh berbeda dari jumlah RTS penerima BLSM pada 2013 lalu. Adapun besarannya, menurut dia lebih baik sama dengan pada 2013 lalu, sebesar Rp 600.000 per kepala.
Sebagai informasi, BLSM ini menjadi salah satu opsi kompensasi kenaikan harga BBM. Lantas berapakah idealnya kompensasi yang didapat untuk tiap rumah tangga sasaran?
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Denni Puspa Purbasari mengatakan, setidaknya sebesar kenaikan harga barang-barang.
"Berapanya, tergantung kenaikannya. Waktu Pak SBY naikkan Rp 1.000 per liter solar, dan Rp 2.000 per liter premium, kompensasinya Rp 600.000. Kalau kenaikannya lebih tinggi (dari zaman SBY), ya Rp 600.000 ke atas," kata Denni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.