Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korporasi Indonesia Paling Tahan Banting

Kompas.com - 13/10/2014, 10:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
Sejak awal bulan ini pasar saham ajrut-ajrutan. Hitung punya hitung, dari akhir September 2014 hingga Jumat (10/10/2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun 3,39 persenke 4.962,96. Sepanjang pekan lalu, asing tercatat telah melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 1,08 triliun.

Meski begitu, hasil survei lembaga pemeringkat dunia, Standard & Poor’s (S&P) Rating Services, menunjukkan, emiten di Indonesia memiliki daya tahan terkuat dibandingkan dengan emiten saham di kawasan Asia Tenggara.

Xavier Jean, Analis Kredit S&P, mengatakan, neraca keuangan emiten di Indonesia masih prudent dan mampu meminimalisir risiko penurunan kualitas kredit dalam setahun ke depan. "Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia memiliki manajemen neraca keuangan lebih konservatif dibanding korporasi di Singapura, Thailand, dan Filipina," ujar Jean, akhir pekan lalu.

S&P melihat, para emiten saham besar di Indonesia memilih menumpuk likuiditas sebagai bantalan menghadapi risiko. Sebanyak 80 persen dari total 15 korporasi besar yang menjadi target penilaian, profil risiko keuangan setara dengan investment grade. Selain itu emiten saham di Indonesia memiliki utang rendah, arus kas baik dan penggunaan belanja modal tidak berlebihan.

Hitungan S&P, utang bersih korporasi Indonesia hanya naik 15 persen sejak 2008 hingga kuartal I-2014. Pertumbuhan utang ini masih di bawah rata-rata pertumbuhan utang korporasi Filipina yang naik tiga kali lipat dan Singapura dua kali lipat.

Kendati begitu, profil kredit emiten Indonesia akan meningkat di tahun ini karena perlambatan pertumbuhan pendapatan. "Kami memperkirakan, kualitas kredit perusahaan Indonesia sedikit tergerus dalam 12 bulan mendatang," jelas Jean. Toh, potensi penurunan kualitas kredit ini tak seburuk perusahaan lain di ASEAN.

Kepala Riset HD Capital Yuganur Wijanarko setuju bahwa emiten di Indonesia cukup kuat, dengan rata-rata kredit bermasalah 3,5 persen selama 12 tahun. Daya tahan emiten di Indonesia ini mestinya menjadi alasan asing untuk mengakumulasi saham berkapitalisasi besar maupun lapis dua yang sudah terkoreksi.

Menurut Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto, ekonomi Indonesia ditopang konsumsi domestik. Sedangkan negara lain lebih berorientasi ekspor. Alhasil, emiten saham di Indonesia bisa mengandalkan pasar lokal ketika terjadi krisis global.

Nah, di antara sekian banyak emiten saham, Yuganur memasukkan GGRM, UNVR, INDF, AISA, JSMR, TLKM, BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI sebagai emiten saham yang tahan banting. Sedangkan David memasukkan UNVR, INDF, ICBP, TLKM dan PGAS dalam kategori emiten saham yang tahan banting. (Amailia Putri Hasniawati, Annisa Aninditya Wibawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com