Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelepasan Armida, dari Kehadiran "Para Mantan" sampai "Genting Kodok"

Kompas.com - 15/10/2014, 10:19 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah wajah para mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional terlihat hadir dalam pelepasan Armida Alisjahbana, penerus mereka, Selasa (14/10/2014) malam. Ada pula satu potong cerita soal cagar budaya dan "genting kodok" di acara yang sama.

Pada malam itu, ada dua agenda di gedung di bilangan Taman Suropati, Jakarta Pusat tersebut. "Pertama, peresmian ruang pertemuan di gedung utama Bappenas. Kedua, yang sangat penting, malam penghormatan bagi Bu Armida Alisjahbana yang akan menyelesaikan masa tugasnya, seiring dengan berakhirnya masa tugas KIB II," ucap Sekretaris Menteri PPN, Slamet Seno Aji.

Di antara para tamu, ada wajah Kwik Kian Gie, Paskah Suzetta, dan Sri Edy Swasono. Acara tersebut dimulai selepas Isya, sekitar pukul 19.30 WIB. Slamet mengatakan, pelepasan Armida ini juga memang sengaja mengundang para "alumnus" Bappenas.

"Selama ibu Menteri menjabat di sini, banyak sekali yang kami peroleh. Bappenas menjadi lembaga yang andal, kredibel, dan proaktif. Semoga yang dilakukan Armida bisa kita jaga," ujar Slamet.

Cagar budaya

Adapun soal ruangan yang dipugar, Slamet menyebutnya masih merupakan arahan Armida. Tujuan pemugaran adalah untuk menyediakan ruangan yang representatif untuk tunggu eksekutif, rapat pimpinan, dan tempat menerima tamu pimpinan lembaga.

Pemugaran ini, kata Slamet, bermula dari rekomendasi dari Litbang Kementerian Pekerjaan Umum. Sebelum dipugar, ujar dia, beban ruangan tersebut dinilai terlalu berat.

Selain itu, lanjut Slamet, Bappenas berkonsultasi pula dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Pasalnya, bangunan ini merupakan salah satu cagar budaya golongan A yang tak bisa diubah.

"Karenanya, proses (pemugaran) cukup lama," kata Slamet. "Kami ganti jendela kaca dengan jendela krapyak. Atap menurut mereka harus mendekati aslinya," tutur dia.

Namun, dengan pertimbangan keamanan, lanjut Slamet, syarat tersebut bisa dinegosiasikan dan atap pun diganti dengan genting. "Itu pun harus genting kodok. Untungnya kami bisa dapat dari kebumen," imbuh dia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com