Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cermati Investasi Arisan Berantai ala Dua Belas Suku

Kompas.com - 31/10/2014, 07:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tawaran investasi imbal hasil selangit hadir lagi. Yang teranyar, PT Dua Belas Suku (DBS) yang berbasis di Blitar, Jawa Timur, menawarkan skema investasi mirip arisan berantai dengan imbal hasil 19 persen sepekan. Investor perlu hati-hati karena sejumlah tawaran investasi sejenis macet di tengah jalan.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun KONTAN, DBS berkantor di Jalan TGP Ruko BBC No 1-2, Blitar, Jawa Timur. Jajaran Direksi DBS terdiri atas komisaris utama yang dijabat oleh Jefri Christian dan Komisaris Naning Yuliati. Keduanya merupakan pasangan suami isteri. Adapun direktur utama dijabat oleh Rinekso Hari, Direktur Income Yeremia Kusumo dan Direktur Keuangan Natalia.

DBS yang mulai beroperasi sejak 19 Agustus 2014 mengklaim telah menjaring 19.000 akun nasabah. Setiap nasabah menyetor deposit Rp 1 juta-Rp 5 juta. Jadi, perputaran uang antar-nasabah DBS sekitar Rp 19 miliar hingga Rp 95 miliar. Website perusahaan www.12suku.com baru meluncur November nanti.

Arik Suefendi, salah seorang nasabah DBS, menjelaskan, skema investasi DBS adalah sebagai berikut. Pertama, nasabah mendaftar di kantor DBS. Biaya pendaftaran 11 persen dari pokok deposit.

Selanjutnya, deposit sebesar Rp 1 juta-Rp 5 juta ditransfer ke sejumlah rekening nasabah lain yang ditentukan DBS, dengan porsi yang beragam. Selang tujuh hari, nasabah yang sudah transfer akan mendapatkan pencairan pokok investasi plus imbal hasil 30 persen di rekening mereka.

Apabila dalam tujuh hari, belum ada pencairan, nasabah bisa datang ke kantor DBS dengan menunjukkan bukti transfer. Lalu, manajemen akan membayar secara cash. "Keuntungan bersih dalam sepekan 19 persen. Sebenarnya 30 persen tapi dipungut biaya 11 persen saat pendaftaran," ungkap Arik kepada KONTAN, kemarin .

Skema investasi di atas masuk kategori tipe D1. Rencananya, akan ada tipe D2 untuk kalangan pebisnis dan swasta tanpa badan hukum dengan deposit Rp 2 juta-Rp 10 juta. Lalu tipe D3 bagi kalangan swasta dan instansi berbadan hukum dengan deposit Rp 5 juta-Rp 250 juta.

Berawal dari MMM

Arik mulai bergabung di DBS sejak September 2014. Ia mengaku memiliki empat akun dengan menggunakan kartu identitas yang berbeda. Belum genap dua bulan, Arik mengaku sudah balik modal plus meraup untung.

Ia bergabung dengan DBS lantaran uangnya pernah tersangkut di investasi Mavrodi Mondial Moneybox atau Manusia Membantu Manusia (MMM). Saat sistem MMM restart, puluhan juta uangnya macet di MMM.

Nasabah DBS lain, Zailul Arifin juga kehilangan duit Rp 40 juta di MMM. Zailul dan Arik tertarik bergabung di DBS untuk mengembalikan uangnya yang tersangkut di MMM. Mereka mengaku, pencairan dana DBS belum pernah macet. Saat ini, kantor DBS hanya ada di Blitar. Tapi DBS berencana membuka kantor cabang di Pasuruan.

Sejatinya, skema arisan berantai bukan barang baru. Selain MMM, tawaran sejenis yang bermasalah dan menghebohkan antara lain Danasonic pada tahun 1995. (Dina Farisah)
baca juga: BPKN: MMM Itu "Money Game"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com