Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam 5 Tahun, Rp 1.600 Triliun "Dibakar" untuk BBM Bersubsidi

Kompas.com - 31/10/2014, 13:32 WIB
Tabita Diela

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, subsidi bahan bakar minyak (BBM) harus dialihkan untuk yang produktif. Selama ini dengan adanya subsidi, BBM cenderung digunakan untuk konsumtif.

"Subsidinya yang dibakar secara tidak produktif itu melebihi yang seharusnya bisa dipakai untuk bangun jembatan, puskesmas, irigasi, kesehatan, jadi yang akan kita lakukan adalah menggeser subsidi yang tadinya konsumtif jadi produktif. Supaya ekonomi bisa dibangun," ujar Sudirman, konferensi pers di City Plaza, Jakarta, Jumat (31/10/2014).

Sudirman menyatakan, nilai subsidi BBM yang begitu besar seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Anda bisa bayangkan, lima tahun terakhir kita keluarkan Rp 1.600 triliun, Rp 1.300 triliun, untuk subsidi. Sementara untuk kesejahteraan.pendidikan hanya Rp 600 triliun. Kalau digabung dengan infrastruktur sekalipun hanya Rp 1.200 triliun," sebutnya.

"Kalau hanya dilekatkan pada produk kemudian dibakar di jalanan, rasanya masih banyak orang yang lebih berhak," tambah Sudirman.

Dengan pengalihan subsidi tersebut, otomatis harga BBM bersubsidi akan naik. Terkait dengan rencana kenaikan BBM, Sudirman mengatakan, pihaknya akan memperketat pengawasan distribusi BBM, sebagai langkah antisipasi terjadinya pembelian yang berlebihan menjelang kenaikan.

"Pertamina sudah lapor kemarin, mereka sudah mulai bekerja cek seluruh stok di seluruh titik distribusi. In Sya Allah aman. Kalau pun ada rush biasanya hanya psikologis saja. Langkahnya tentu pengawasan diperhatikan," ujarnya.

Adapun mengenai besaran kenaikan BBM, Sudirman mengungkapkan, hal tersebut berada di luar kapasitasnya sebagai menteri. "Yang menentukan angka bukan menteri ESDM," katanya.

baca juga: Kartu Indonesia Sehat untuk Kompensasi Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com