Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan Harus Jadi “Tukang Kebun” yang Jeli

Kompas.com - 03/11/2014, 08:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk menjadi “tukang kebun” yang jeli di Kementerian Pertanian (Kementan).

Koordinator ICW Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Emerson Yuntho menuturkan, ada beberapa pertimbangan yang membuat publik harus ikut mengawasi, agar Kementan tak menjadi ladang korupsi.

Pertama, Kementan merupakan salah satu kementerian yang mendapat anggaran besar dari APBN. Pada tahun ini Kementan mendapat anggaran lebih dari Rp 14 triliun. Beberapa kementerian yang mendapat alokasi anggaran lebih besar yakni, Kementerian Pertahanan Rp 86,3 triliun, Kementerian Pekerjaan Umum Rp 84 triliun, serta Kementerian Agama Rp 49,4 triliun.

“Anggaran yang besar ini harus dikelola betul,” kata dia dalam sebuah diskusi, Jakarta, Minggu (2/11/2014).

Kedua, lanjut Emerson, muncul sejumlah skandal korupsi yang nyata-nyata telah mencoreng nama baik kementerian yang dulunya diampu oleh Suswono itu.

Catatan ICW, setidaknya ada enam kasus besar yang menerpa Kementan. Sebut saja beberapa yang paling menjadi sorotan, skandal suap daging sapi impor yang melibatkan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq.  Ada pula dugaan korupsi pengadaan dan penyaluran benih bersubsidi yang melibakan PT Sang Hyang Seri, dan merugikan negara Rp 112 miliar.

Selain itu, catatan merah lainnya adalah dugaan korupsi pupuk dekomposer cair dengan nilai proyek mencapai Rp 81 miliar pada 2013, dugaan korupsi benih kopi di Kementan tahun anggaran 2012 yang merugikan negara Rp 12 miliar, serta proyek pengadaan bibit palawija tahun anggaran 2012 yang merugikan negara hingga Rp 200 miliar.

“Ini yang membuat kita mengeluarkan pernyataan bahwa kementerian ini patut diwaspadai,” ungkap Emerson.

Menurut Emerson, Kementan merupakan kementerian yang aneh. Sebab, pada 2008 Mentan waktu itu telah mengeluarkan kebijakan “Wilayah Bebas Korupsi”. Pada 2009 pun KPK telah memberikan penilaian untuk Kementan. Namun toh nyatanya, kata dia, praktik korupsi masih subur di Kementan.

Emerson menyebutkan, ada beberapa modus yang ICW amati dalam praktik penyelewenangan anggaran di Kementan. Pertama, terkait dengan suap. Kedua, terkait dengan pengadaan barang dan jasa.

Dia mencontohkan, modus suap digunakan pada kasus impor daging sapi, sementara pada pengadaan barang dan jasa banyak terjadi mark-up. “Mentan juga harus mengevaluasi kebijakan di Kementan agar tidak menjadi lahan korupsi dan jangan menjadi perkebunan untuk para koruptor,” tandas Emerson.

baca juga: Mooryati Soedibyo, Dian Sastro dan Metakognisi Susi Pudjiastuti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com