Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Beranikah Mentan Menghentikan Skema Monopoli?"

Kompas.com - 03/11/2014, 10:02 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia melihat, hingga akhir masa jabatan Susilo Bambang Yudhoyono, monopoli serta ekspansi lahan korporasi skala besar terus terjadi. Ke depan, Walhi melihat hal tersebut masih akan menjadi tren.

Manajer Kampanye Walhi Kurniawan menuturkan, hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi Menteri Pertanian yang baru, Amran Sulaiman, dalam mencapai kedaulatan pangan. Kurniawan berharap, pemerintahan bisa menekan egosektoral antara perkebunan, pertambangan, serta kehutanan untuk mendukung kedaulatan pangan.

"Kalau melihat tantangan yang ada sekarang, kita meragukan (kedaulatan pangan) ini bisa dijawab," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (2/11/2014).

Kurniawan memaparkan, pada 2012, hutan yang ditebang atau hutan produksi (logging), hutan tanaman, sawit, serta pertambangan telah menguasai 56,6 juta hektar kawasan hutan. Dengan skema yang sama, angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 80,5 juta hektar pada 2025. Artinya, hanya tersisa 10 juta-11,5 juta hektar yang masuk dalam skema perlindungan.

"Dengan skema sekarang, kita ambil contoh Kalimantan Tengah (Kalteng). Perkebunan sawit, tambang, dan hutan tanaman itu menguasai 78 persen seluruh daerah di Kalteng. Untuk tanaman pangan, hanya 22 persen. Ketika kita hubungkan dengan pencapaian kedaulatan pangan, maka posisi Mentan akan sulit karena banyak sekali tantangan," terang Kurniawan.

Di sisi lain, Walhi menilai bahwa Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98 Tahun 2013 justru menjadi regulasi permisif penguasaan lahan oleh korporasi skala besar. Pada perkebunan sawit misalnya, korporasi skala besar bisa mendapatkan konsesi 100 hektar lahan.

Bahkan, di Papua, mereka bisa mendapatkan hingga 200 hektar lahan untuk dijadikan perkebunan sawit. Ketika monopoli ini terus terjadi, maka yang kemudian timbul, menurut Kurniawan, adalah potensi adanya perampasan tanah, konflik agraria, kekerasan, intimidasi, dan sebagainya.

"Pertanyaannya sekarang, beranikah Mentan menghentikan skema penguasaan lahan dan monopoli itu?" tandas dia.

Baca juga: Mentan Harus Jadi "Tukang Kebun" yang Jeli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com