"Kalau misalnya nanti kuartal ketiga terlihat ada perlambatan ekonomi dibandingkan kuartal dua, ya memang tren ekspornya memang melambat dan dunia semua melambat. Kecuali Amerika (Serikat)," ujarnya.
Lebih lanjut, Mirza menjelaskan, di tengah perlambatan ini, daerah-daerah yang menggantungkan perekonomiannya pada komoditas akan mencerminkan perlambatan tersebut. "Daerah yang menghasilkan batu bara, kelapa sawit. Daerah yang menghasilkan minyak dan gas Indonesia itu pasti mengalami perlambatan," katanya.
Menurut Mirza, perlambatan masih akan terus berlanjut, meski tidak bertambah parah. Ia mengatakan, pada kuartal-IV pertumbuhan ekonomi Indonesia akan "flat" atau meningkat sedikit.
"Tapi saya rasa memang tahun ini masih di level 5,1 (persen), 5,2 (persen). Sampai kuartal satu tahun depan juga masih," ujarnya.
Mirza menuturkan, Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami perlambatan dalam pertumbuhan ekonominya. Dia mengatakan, Eropa dan Jepang juga mengalami hal serupa. Bahkan, Jepang harus melakukan penambahan stimulus.
"(Penambahan stimulus) artinya ekonomi yang belum meningkat. Jadi itu tercermin dari harga komoditi turun, bahkan kita sempat melihat harga minyak sempat turun di bawah 80 (dollar AS per barrel)," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.