Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Eksplorasi Demi Anak Cucu

Kompas.com - 13/11/2014, 13:30 WIB
advertorial

Penulis

Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) menyumbang sekitar 30 persen dari penerimaan negara. Hasil migas yang dinikmati hari ini sejatinya adalah buah jerih payah pencarian atau eksplorasi yang dilakukan belasan atau bahkan puluhan tahun lalu.

Kegiatan hulu migas terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu eksplorasi dan produksi. Kegiatan eksplorasi adalah tahap awal dari seluruh rangkaian kegiatan hulu migas. Secara umum, aktivitas eksplorasi meliputi studi geologi, studi geofisika, survei seismik, dan pengeboran eksplorasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menemukan cadangan baru, baik di wilayah kerja yang sudah berproduksi maupun di wilayah kerja yang belum diproduksikan.

Kegiatan eksplorasi memerlukan biaya yang sangat besar untuk memperoleh informasi geologi, seismik, pengeboran sumur, dan pengolahan data. Di sisi lain, kegiatan ini mengandung risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi.

Hasil kegiatan eksplorasi bervariasi. Investor dapat gagal menemukan cadangan migas, atau menemukan cadangan namun tidak ekonomis untuk dikembangkan. Jika berhasil menemukan cadangan yang cukup ekonomis untuk dikembangkan, kegiatan akan dilanjutkan ke fase produksi.

Data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan bahwa dari 750 sumur eksplorasi yang dibor pada periode 2002 - 2012, jumlah sumur yang tidak menghasilkan (dry hole) mencapai 328 sumur atau mendekati 50%. Data lain menunjukkan, dalam kurun waktu 2009 - 2013, sebanyak 16 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) asing mengalami kerugian hingga US$1,9 miliar atau Rp 19 triliun akibat kegagalan eksplorasi di 16 wilayah kerja yang berlokasi di laut dalam.

Sistem Kontrak Bagi Hasil atau Production Sharing Contract (PSC)  yang diadopsi oleh industri hulu migas Indonesia memang melindungi negara dari paparan risiko eksplorasi yang tinggi tersebut. Dalam sistem PSC, hanya kegiatan eksplorasi yang berhasil menemukan cadangan yang ekonomis untuk dikembangkan sajalah yang biaya investasi eksplorasinya akan dikembalikan melalui mekanisme cost recovery. Untuk kasus 16 Kontraktor KKS asing di atas, semua kerugian menjadi tanggungan masing-masing kontraktor.

Meskipun negara terbebas dari risiko eksplorasi yang tinggi, sukses eksplorasi sebenarnya sangat penting untuk menjamin kelangsungan industri hulu migas. Eksplorasi yang gagal pun sesungguhnya bukanlah merupakan kerugian murni, karena kegiatan ini menghasilkan data sebagai panduan kegiatan eksplorasi berikutnya. Sedangkan kegiatan eksplorasi yang berhasil tentu saja menjadi syarat ketersediaan produksi migas di masa mendatang.

Sayangnya, rangkaian kegiatan eksplorasi tidak selalu mendapat dukungan semua pemangku kepentingan. Data dari SKK Migas menunjukkan kegiatan  eksplorasi menemui berbagai kendala di lapangan, dan yang paling utama  justru berkaitan dengan kendala-kendala eksternal (47 persen), yaitu masalah sosial, perizinan, dan tumpang tindih lahan. Kendala lainnya berkaitan dengan masalah internal Kontraktor KKS (24 persen), misalnya kendala finansial, dan kurangnya ketersediaan alat dan jasa penunjang operasi (21 persen). Kontraktor eksplorasi juga sering dibebani berbagai permintaan dari masyarakat di sekitar wilayah operasi. Padahal, selama fase ini, para kontraktor praktis belum menghasilkan penerimaan apapun.

Kegiatan eksplorasi sudah seharusnya mendapat dukungan semua pihak. Generasi saat ini bisa menikmati hasil migas berkat kegiatan eksplorasi yang dilakukan dan didukung oleh generasi sebelumnya. Sudah sepatutnya generasi sekarang bekerja keras melakukan dan mendukung eksplorasi supaya migas tetap tersedia bagi anak cucu di masa datang. Eksplorasi memang tidak selalu menemukan cadangan migas, tetapi migas pasti tidak akan ditemukan tanpa adanya eksplorasi.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai industri hulu migas silakan follow akun Twitter resmi SKK Migas di @HumasSKKMigas dan Lipsus SKK Migas. (adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com