Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2014, 23:06 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menilai Pertamina Energy Trading Ltd (Petral)--anak perusahaan Pertamina--sudah melenceng dari fungsi awal saat dibentuk dulu.

"(Menyimpang) menjadi seperti apa ya.. (Menjadi) benalu mungkin itu (bagi Pertamina)," ujar Dwi saat berkunjung ke Kompas, Jakarta, Kamis (4/12/2014). Menurut dia, pada awalnya Petral dibentuk untuk mengembangkan trading Pertamina.

Namun, lanjut Dwi, sekarng Petral malah menjadi pusat segala proses pembelian minyak oleh Pertamina yang berpotensi merugikan Pertamina. Oleh karena itu, kata dia, Pertamina akan mengevaluasi fungsi Petral tersebut.

Bahkan, Dwi menyatakan akan menggeser fungsi pengadaan bahan bakar minyak (BBM) impor langsung ke tangan Pertamina. "Ke depan kami akan geser pengadaan (BBM), mengembalikannya lagi ke Pertamina. Posisi Petral akan kami evaluasi," kata dia.

Wacana pembubaran Petral yang berbasis di Singapura ini menimbulkan pro dan kontra di pelaku usaha minyak dan gas bumi (migas). Tim Transisi Joko Widodo–Jusuf Kalla pada Oktober 2014 membuka wacana tersebut lantaran Petral diduga telah menjadi sarang mafia minyak dan gas.

Namun, dugaan bahwa Petral menjadi sarang mafia migas pernah tegas dibantah Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina pada saat itu, Muhamad Husen. Dia beralasan, selama ini Petral sudah beberapa kali diaudit Badan Pengawas Keuangan (BPK) tetapi tak ada temuan praktik mafia migas di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com