Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap-siap Harga Barang Segera Naik!

Kompas.com - 05/12/2014, 15:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Efek kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi mulai menjalar pebisnis ritel, terutama ritel modern yang punya jaringan hingga pelosok.

Beban operasional para peritel langsung membengkak. Alhasil, peritel mulai memutar otak supaya margin usaha tetap terjaga. Salah satunya, mengerek harga produk yang dijajakan.

Solihin, Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pengelola minimarket Alfamart bilang kenaikan BBM subsidi langsung berdampak ke peritel termasuk Sumber Alfaria. Soalnya, biaya transportasi dan operasional jadi terdongkrak.

Melihat kondisi ini, tidak ada jalan lain bagi Sumber Alfaria untuk segera mengerek harga jual. Namun pihak Sumber Alfaria masih enggan membeberkan besaran kenaikan harga produk.

Yang jelas, Sumber Alfaria akan menyesuiakan kenaikan harga dengan kenaikan harga beli produk dari para pemasok. Menurut Nur Rahman, General Manager Corporate Communication  Sumber Alfaria Trijaya, sejauh ini, produk yang dijajakan Alfamart belum mengalami kenaikan harga lantaran peritel ini masih menjual stok produk yang  sudah ada.

Nah, kenaikan harga kemungkinan besar baru akan terjadi bila pemasok sudah mengerek harga jual produknya. "Kami tidak tahu dampaknya, berapa persen terhadap harga barang. Sepanjang harga beli tidak berubah maka kami tidak menaikan harga. Tetapi jika harga sudah berubah, maka kami akan menaikan harga," katanya kepada Kontan, Kamis (4/12/2014).

Artinya, bila belum ada keaikan harga dari pemasok, maka kenaikan harga jual produk di gerai Alfamart belum bisa dipastikan.

Tapi Nur menjamin, kalaupun terjadi kenaikan harga di gerai Alfamart, ia mengklaim besarannya masih terjangkau konsumen dan masih kompetitif dengan peritel sejenis. "Kami akan berikan harga  yang masuk akal ke masyarakat. Item-item barang yang sensitif, seperti susu, gula pasir, beras dan minyak goreng, akan kami pastikan tetap terjangkau dan kompetitif," jelasnya.

Percepat infrastruktur

Sementara Danny Kojongiang, Director Corporate Communication PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) menghitung, dengan kondisi harga BBM subdisi saat ini, bisa menambah biaya operasional seperti listrik dan transportasi sekitar 0,5 persen. Bila beban operasional berkontribusi 2 persen dari penjualan, maka bisa membengkak menjadi 2,5 persen. "Dari segi biaya operasional imbasnya seperti itu," katanya.

Meski beban dipastikan naik, Matahari Putra Prima memastikan tidak akan mengerek harga jual dalam waktu dekat. Untuk bisa menekan harga, MPPA akan bekerjasama dengan para pemasok besar. Caranya adalah memperbesar volume pembelian. Langkah ini sejaln dengan ekspansi gerai MPPA seperti Hypermart. Danny berharap dengan kiat ini, harga barang yang sampai ke tangan konsumen masih stabil.

Namun bila kenaikan harga sudah tidak bisa dibendung, tidak ada cara lain bagi Matahari Putra untuk mengerek harga jual. Kenaikan harga ini mungkin baru terjadi antara satu bulan sampai tiga bulan ke depan. "Dampaknya tidak langsung instan. Nanti setelah tahun baru, sekitar Januari baru akan terlihat dampak nyatanya," katanya.

Untuk itu, Danny tidak khawatir kenaikan harga BBM bisa menggerus kinerja MPPA.  Apalagi selama ini, kenaikan BBM telah diantisipasi sehingga tidak ada perubahan target kiinerja di akhir tahun ini sebesar Rp 14,8 triliun hingga target 2015 mendatang yang diproyeksikan bisa tumbuh sekitar 18 persen sampai 20 persen.

Langkah tidak jauh berbeda yang dilakoni PT Trans Retail Indonesia. Menurut Satria Hamid, Head of Public Affairs Carrefour Trans Retail Indonesia, pihaknya bakal mengerek harga jual bila para pemasok juga sudah menaikan harga produk.  Soalnya, harga produk tidak akan berubah bila tidak ada perubahan dari para pemasok. "Ini berlaku hukum penawaran dan permintaan. Sejauh barang yang dijajakan tidak langka di pasaran," katanya.

Sedangkan dari sisi Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Satria yang menjabat  Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo menuturkan secara gamblang, bahwa imbas kenaikan BBM subsidi membuat biaya operasional rata-rata peritel naik sebesar 10 persen.  Imbasnya, harga produk yang dijajakan peritel secara umum bisa naik antara 5 persen-15 persen.

"Untuk itu kami menghimbau kompensasi dari kenaikan BBM ini dapat dialokasikan kepada percepatan pembangunan infrastruktur terutama pembangunan jalan diatas laut yang menghubungkan antar pulau," kata Satria. (Febrina Ratna Iskana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com