Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilang Buatan 1930, Harga BBM Produksi Pertamina Lebih Mahal

Kompas.com - 17/12/2014, 18:58 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi atau yang dikenal dengan Tim Anti-Mafia Migas menemukan fakta baru pengadaan bahan bakar minyak (BBM) oleh PT Pertamina (Persero).

Tim yang dikomandoi oleh ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri itu menyampaikan, BBM yang diproduksi seluruh kilang Pertamina jauh lebih mahal ketimbang BBM impor. “Harga BBM dari semua kilang yang ada di Indonesia itu harganya lebih mahal dari harga BBM impor,” ucap anggota tim anti-mafia migas Agung Wicaksono, dalam konferensi pers, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Menurut Agung, ini merupakan suatu “penyakit mendasar” yang harus dicari solusinya. Tentu saja, tim akan memberikan rekomendasi mengenai hal ini. Bisa jadi, ada pihak yang berpendapat sebaiknya kilang-kilang Pertamina ditutup, dan seluruh BBM diimpor dari luar negeri.

“Tapi kan persoalan energi bukan hanya hitung-hitungan harga, tapi ada juga ketahanan energi. Supaya ada ketahanan energi, maka kilang-kilang kita harus dibenahi. Itu salah satu langkah yang perlu dilakukan,” imbuh Agung.

VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir menjelaskan, mahalnya ongkos produksi BBM disebabkan kilang-kilang Pertamina sudah berusia lanjut. “Kilang Pertamina ini ada yang dibangun tahun 1930 dan ada yang 1948, yang mengolah crude Indonesia yang sebagian besar itu light sweet, sehingga harganya juga jauh lebih mahal. Padahal biaya pokok produksi BBM itu 93 persennya adalah minyak mentah,” kata Ali.

Jika Refining Development Master Plan (RDMP) PT Pertamina (Persero) berjalan, diharapkan kilang-kilang Pertamina dapat mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur yang lebih tinggi atau sour crude yang harganya lebih murah.

“Kalau bahan baku ini bisa ditekan, tentunya biaya pengadaan yang disampaikan Darmo (Darmawan Prasodjo) tadi akan ada efisiensi,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com