Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Rawan Dipermainkan

Kompas.com - 18/12/2014, 11:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia rawan dipermainkan dalam penyediaan impor bahan bakar minyak, baik oleh pedagang maupun produsen bahan bakar minyak internasional. Harga BBM yang diproduksi kilang milik PT Pertamina (Persero) lebih mahal daripada harga yang diperoleh dari impor. Modernisasi kilang menjadi salah satu solusi masalah tersebut.

Demikian yang mengemuka pada konferensi pers Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, Rabu (17/12/2014), di Jakarta. Hadir pada acara tersebut Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri, Vice President Communication Corporate Pertamina Ali Mundakir, dan anggota tim, seperti Agung Wicaksono dan Darmawan Prasodjo.

”Indonesia tersandera soal kilang. Jika kilang kita bermasalah, harga Mids Oil Platts Singapore (MOPS) akan naik saat Indonesia hendak membeli BBM. Kondisi ini jelas tidak menguntungkan dan sangat rawan dipermainkan, baik produsen maupun penjual,” kata Faisal.

Dari hasil pertemuan dengan Pertamina dan Petral, anak usaha Pertamina yang menangani perdagangan minyak, didapati bahwa produksi BBM dari kilang Pertamina masih lebih mahal daripada harga MOPS. Menurut Faisal, disparitas harga BBM dari kilang Pertamina lebih mahal 104-110 persen daripada MOPS.

”Pertemuan ini bukanlah yang terakhir, masih ada pertemuan berikutnya dengan Petral dan Pertamina. Jadi, belum ada rekomendasi kepada pemerintah. Masih banyak pertanyaan dari tim reformasi yang belum terjawab oleh Petral,” ujar Faisal.

Mengenai perbedaan harga BBM produksi kilang Pertamina dengan MOPS, menurut Ali, disebabkan kilang Pertamina berusia tua sehingga tingkat efisiensinya rendah. Hal itu akan diperbaiki Pertamina dengan memodernisasi dan menambah kapasitas kilang lewat program Refinery Development Master Plan (RDMP) yang melibatkan investor asing dari Tiongkok, Jepang, dan Arab Saudi.

”Jika program RDMP berjalan sukses, hasilnya adalah harga BBM yang diproduksi bisa lebih rendah daripada MOPS sehingga timbul efisiensi. Produksi dari kilang hasil program RDMP juga dinaikkan dua kali lipat menjadi 1,6 juta barrel per hari,” ujar Ali.

Agung Wicaksono menambahkan, persoalan pembangunan dan modernisasi kilang bukan semata-mata persoalan selisih harga BBM. Pembangunan dan modernisasi kilang merupakan salah satu upaya pemerintah terkait program ketahanan energi.

Siap terbuka

Pertamina dan Petral berjanji akan memberikan semua data dan informasi yang dibutuhkan Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Menurut Ali, Pertamina, termasuk Petral, mendukung upaya pemerintah melalui tim tersebut untuk menciptakan tata kelola migas yang lebih baik dan transparan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said membentuk tim tersebut pada November lalu. Tim dibentuk dengan tujuan utama memutus mata rantai mafia migas yang menguasai perdagangan dan industri migas. Langkah ini untuk memperbaiki proses bisnis sektor migas dari pemburu rente.

Petral menjadi sorotan lantaran dianggap menjadi sarang mafia migas. Petral dituntut terbuka dan transparan dalam bisnis perdagangan minyak yang mereka lakukan selama ini. Pertamina membantah anggapan tersebut dan menyebut Petral cukup transparan dalam menjalankan bisnisnya. (APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com