Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilau Berlian yang Abadi

Kompas.com - 22/12/2014, 10:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tak kenal berlian? Selain emas, batu berlian termasuk perhiasan yang paling diminati masyarakat, terutama dari kalangan menengah atas. Maklum, harganya yang mahal, tak hanya menjadikan penggunanya terlihat eksklusif, tapi memungkinkan sebagai investasi. Tak heran, permintaan berlian di pasar dunia tetap stabil meski di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Hasil survei perusahaan konsultan manajemen, Bain & Company dan Antwerp World Diamond Center (AWDC) menunjukkan, tahun lalu, industri berlian mampu bertahan dengan pertumbuhan moderat 2 persen-4 persen. Menilik perkembangan industri berlian di pasar domestik, transaksi terpantau stabil tahun ini. Ini tercermin dari perdagangan di sejumlah toko perhiasan di Kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

Ryan, pemilik Toko New Selecta, mengaku, transaksi berlian cenderung stabil meski harga emas di pasar global sedang anjlok. Harga berlian yang tidak sefluktuatif emas menyebabkan produk ini tetap diburu. Apalagi, pembeli berlian punya karakteristik sendiri, yaitu membeli karena alasan prestise. "Transaksi harian berlian dan emas hampir sama sekitar Rp 20 juta," tutur Ryan, akhir pekan lalu.

Namun, karena kenaikan harga setiap tahun tidak bisa diperkirakan, pamor berlian sebagai investasi tak sehebat emas. Selain itu, harga jual kembali berlian akan dipotong 15 persen dari harga beli. Saat ini, New Selecta melego berlian murni seharga Rp 9 juta per 0,01 karat. Satu batu berlian bisa memiliki bobot 0,1 karat atau 0,4 karat.

Reska Febri, pemilik toko Berlian Star, mengaku, pasokan berlian didatangkan dari Belgia. Menurutnya, perbedaan harga jual antar toko bukan satu-satunya daya tarik bagi pembeli. Daya tarik berlian juga terletak pada modelnya yang dipastikan berbeda antar pedagang.

Reska bilang, rata-rata transaksi harian berlian di tokonya sekitar Rp 20 juta. "Masih kalah dibandingkan penjualan emas yang berkisar Rp 10 juta-Rp 50 juta," ujarnya. Berlian yang tidak terjual dalam waktu tertentu dilego ke kolektor atau pedagang lain, terutama di daerah. "Selalu ada yang menyerap. Tapi, menjual ke kolektor lebih menguntungkan, karena kepuasan kolektor berlian tidak dapat terukur harganya," ungkapnya.

Tantangan industri

AWDC memperkirakan, hingga tahun 2024 mendatang, prospek industri ini tetap solid. Rata-rata permintaan berlian mentah diperkirakan tumbuh sekitar 4 persen-5 persen. Kenaikan permintaan terutama berasal dari Amerika Serikat dengan pertumbuhan ekonomi yang mulai pulih. Selain itu, permintaan dari Tiongkok dan India diduga meningkat, seiring pertumbuhan kelas menengah.

Tahun lalu, ketiga negara tersebut juga merajai permintaan berlian. AWDC mencatat, industri berlian akan menghadapi tantangan, seperti surutnya produksi berlian akibat usia tambang menua. Selain itu, penyebab lainnya adalah berkurangnya akses pembiayaan untuk produsen hingga pedagang.

Pada 2019, produksi diperkirakan 163 juta karat, di bawah volume produksi sebelum masa krisis, yaitu 177 juta karat pada tahun 2005. Fluktuasi ekonomi berpengaruh pada pertumbuhan pasar berlian dunia yang cenderung stabil. "Namun industri ini harus waspada terhadap situasi makro ekonomi, akses pembiayaan dan tantangan pemasaran," kata Olya Linde Penulis Laporan Berlian 2014 dan Mitra Bain. (Dina Farisah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kontan
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com