Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi 2014 Hanya 5,1 Persen

Kompas.com - 06/01/2015, 09:01 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro melaporkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014. Bambang mengatakan, realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen.

Capaian ini lebih rendah dibanding target pertumbuhan ekonomi dalam APBN-P 2014, yang dipatok 5,5 persen. “Ini terkait dengan kondisi global dan kondisi kita sendiri. Kebijakan moneter ketat menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita terkendala, sehingga tidak mencapai target yang diharapkan,” papar Bambang, Senin (5/1/2015).

Bambang menuturkan, hal itu disebabkan turunnya kinerja ekspor yang sejalan dengan masih lemahnya permintaan dunia dan merosotnya harga komoditas di pasar internasional sepanjang tahun lalu.

Sementara itu, tingkat inflasi sepanjang 2014 mencapai 8,36 persen, jauh lebih tinggi dibanding target APBN-P 2014 yang sebesar 5,3 persen. Bambang menjelaskan, asumsi inflasi yang dipatok pemerintah dalam APBN-P 2014 belum memasukkan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).

Kendati demikian, angka inflasi yang tinggi sudah menjadi antisipasi perhatian pemerintah Joko Widodo.

Bambang menuturkan, di luar administered prices – dimana BBM adalah salah satu komponennya – maka inflasi bisa dikendalikan jika pemerintah membenahi manajemen logistik, serta manajemen tata niaga.

Di sisi lain, Bambang juga memaparkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS rata-rata sepanjang 2014 di level Rp 11.878, atau lebih lemah dari target dalam APBN-P 2014 yang berada pada level Rp 11.600.

Bambang menyebut, depresiasi nilai tukar rupiah antara lain dipengaruhi oleh faktor internal seperti tingginya defisit neraca pembayaran dan faktor eksternal khususnya rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat.

Adapun realisasi suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan di tingkat 5,8 persen, atau di bawah asumsinya dalam APBN-P 2014 yang sebesar 6,0 persen. Bambang menjelaskan, hal ini utamanya dipengaruhi masih tingginya permintaan akan surat berharga negara meskipun likuiditas global relatif ketat.

“Realisasi ICP (Indonesia Crude Price) sebesar 97 dollar AS per barel, ini rata-rata dalam setahun. Ini juga lebih rendah dari asumsi dalam APBN-P 2014 yang sebesar 105 dollar AS per barel,” imbuh Bambang.

Realisasi ICP yang lebih rendah dari asumsinya dalam APBN-P 2014 terutama dipengaruhi oleh penurunan hargaminyak mentah dunia, karena membanjirnya pasokan.

Sementara itu, realisasi rata-rata produksi (lifting) minyak mentah Indonesia dari Desember 2013-November 2014 mencapai 794.000 barel per hari. “Ini juga di bawah target dalam APBN-P 2014 yang sebesar 818.000 bph,” ucap Bambang.

Sementara itu, realisasi lifting gas mencapai 1,224 juta barel setara minyak per hari, sesuai dengan targetnya dalam APBN-P 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com