Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Semen Tertekan

Kompas.com - 20/01/2015, 00:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pada pembukaan perdagangan Senin (19/1), Indeks Harga Saham Gabungan menguat. Namun, pada akhir sesi pertama perdagangan, indeks melemah tipis sebesar 0,01 persen menjadi 5.148. Kebijakan pemerintah atas harga bahan bakar minyak dan semen memengaruhi harga saham.

Akhir pekan lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan penurunan harga premium menjadi Rp 6.600 per liter dan harga solar menjadi Rp 6.400 per liter. Ketentuan ini efektif berlaku mulai hari ini, Senin, 19 Januari 2015.

Penyesuaian ini akan dilakukan tiap dua pekan. Selain harga bahan bakar minyak (BBM), harga elpiji 12 kilogram juga turun Rp 300 per kilogram dan harga semen turun Rp 3.000 per zak.

Sepanjang pekan lalu, aksi ambil untung masih terjadi di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif di kisaran 5.215-5.148. Pada akhir pekan, indeks ditutup turun 1,3 persen menjadi 5.148,4. Volume rata-rata perdagangan harian tercatat meningkat 3 persen menjadi Rp 4,8 triliun.

Dilihat secara sektoral, kinerja positif hanya ditunjukkan oleh sektor aneka industri yang membukukan kenaikan kinerja 3,1 persen pada pekan lalu. Sementara sektor pertambangan dan industri dasar menjadi kontributor utama penurunan indeks, masing-masing 4,2 persen dan 3,2 persen.

”Sektor transportasi merupakan sektor yang memetik keuntungan terbesar dari penurunan harga BBM karena sebagian besar komponen biayanya adalah biaya bahan bakar. Selain itu, perhatikan juga sektor ritel yang memfokuskan usahanya pada transportasi. Kami melihat, di masa yang akan datang akan muncul kenaikan belanja konsumen,” kata Taye Shim, Kepala Riset KDB Daewoo.

Salah satu emiten transportasi, PT Blue Bird Tbk (BIRD), mengalami kenaikan harga saham 21 persen pada pekan lalu. ”Saham BIRD melesat oleh sentimen dari turunnya harga bensin yang diharapkan berdampak positif terhadap pendapatan perusahaan,” kata tim analis dari Eastspring.

Hal sebaliknya terjadi pada saham-saham sektor semen. Harga saham produsen semen turun setelah pengumuman penurunan harga semen. Harga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), misalnya, turun 4,33 persen menjadi Rp 14.350. Harga saham PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) turun 1,79 persen menjadi Rp 21.900 per saham, sementara harga saham PT Holchim Indonesia (SMCB) turun 1,71 persen menjadi Rp 2.015 per saham. Penurunan harga Rp 3.000 per zak setara dengan penurunan 5 persen. Produsen-produsen semen masih mengkaji kebijakan pemerintah ini dan dampaknya terhadap bisnis mereka.

Buruk bagi semen

Menurut Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Rachmat, langkah pemerintah untuk menurunkan harga semen seakan-akan memberi pesan kepada investor untuk mendapatkan laba yang lebih rendah demi kebaikan negara.

”Menurut kami di Mandiri Sekuritas, hal itu juga berisiko terhadap penurunan nilai pasar saham Indonesia,” demikian John dalam risetnya.

Analis Mandiri Sekuritas memprediksi, keputusan itu akan menurunkan prediksi laba per saham (earning per share) untuk SMGR tahun ini sebesar 10 persen. Lebih penting lagi, hal itu juga menambah risiko investasi di Indonesia justru ketika Indonesia membutuhkan investasi dalam jumlah masif untuk mendanai program infrastrukturnya yang beragam.

”Kami menurunkan target jangka pendek IHSG ke 5.000 dari sebelumnya 5.100 untuk Februari 2015,” ujar John.

Lebih lanjut, John merekomendasikan kepada para investor untuk memperhatikan saham perusahaan dengan risiko intervensi pemerintah yang lebih kecil, seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), PT Soechi Lines Tbk (SOCI). Hal sama berlaku untuk saham perusahaan yang diuntungkan dari pemangkasan harga semen, seperti PT Wika Beton Tbk (WTON), dan saham yang masih murah, sebanding dengan risikonya yang kecil, seperti PT Bank BTN Tbk (BBTN) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).

Liliana S Bambang, analis Mandiri Sekuritas, menambahkan, keputusan pemerintah untuk menurunkan harga semen Rp 3.000 per zak yang setara dengan sekitar 5 persen harga jual tidak menguntungkan untuk perusahaan BUMN.

”Kami khawatir kebijakan itu akan berlanjut sehingga perusahaan semen negara tidak mampu menaikkan harga seperti sebelumnya,” kata Liliana.

Ia menetapkan prediksi baru untuk kinerja SMGR dan INTP tahun ini akan 11 persen di bawah prediksi konsensus. Prediksi baru itu mencerminkan adanya penurunan laba tahun ini sebesar 2 persen dibandingkan tahun lalu. Meskipun demikian, prediksi tersebut belum memasukkan faktor potensi penurunan rekomendasi (derating) atas risiko aturan terhadap penurunan harga. Saat ini, sektor semen berjalan beriringan dengan IHSG.

Liliana menambahkan, pengumuman Presiden tersebut juga mengubah semua faktor fundamental sektor semen. Oleh karena itu, Mandiri Sekuritas menurunkan rekomendasi sektor semen menjadi netral dari sebelumnya overweight. (

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com