Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi: Kedaulatan Pangan Jangan Sampai "Seolah-olah"

Kompas.com - 21/01/2015, 20:24 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, Dwi Andreas Santosa mengaku terkejut ketika melihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 bidang pertanian dan pangan.

"Saya kaget ketika melihat RJPMN, saya tidak tahu angka dari mana 20 juta ton surplus beras padahal pada zaman SBY target 10 juta ton saja tak tercapai," kata Andreas dalam diskusi panel Menakar Jalan Perubahan, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Jakarta, Selasa (21/1/2015).

Selain itu, Andreas yang juga tergabung dalam tim transisi Jokowi-JK ini mengkhawatirkan pembukaan lahan sebesar 1 juta hektar sawah dalam RJPMN. Pasalnya kata dia pada zaman Soeharto program tersebut pernah dilakukan dan tidak berhasil.

"Pada zaman Soeharto, Bappenas mengeluarkan Rp 3 triliun untuk pembukaan lahan, lalu rusak dan direhabilitasi sebesar 3 triliun lagi," jelas pria yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) ini.

Dia menekankan bahwa kedaulatan pangan ini berbeda dari ketahanan pangan. Dirinya beranggapan pemerintah harus menerapkan prioritas dari kedaulatan pangan. "Kedaulatan pangan ada di prioritas mana, jangan sampai cuma seolah-olah saja," kata Andreas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com