Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Freeport Dipaksa Bangun "Smelter" di Papua, Ini Pembelaan Menteri ESDM

Kompas.com - 03/02/2015, 16:01 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menegaskan, pemerintah baik Presiden ataupun Wakil Presiden selalu menginginkan PT Freeport Indonesia membangun fasilitas pemurnian bijih mineral (smelter) di dekat operasi tambang.

Namun, dia juga berpendapat, kalaupun Freeport tidak membangun di Papua, setidaknya perusahaan tambang yang berbasis di Amerika Serikat itu sudah menunjukkan perkembangan dengan membangun smelter di Gresik, Jawa Timur.

"Kita pun belum mengatakan apa-apa soal di mana (lokasinya). Namun, bahwa mereka menunjukkan satu perkembangan membangun smelter di satu lokasi, itu satu perkembangan," kata Sudirman ditemui di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (3/2/2015).

Meski begitu, Sudirman juga berjanji akan mendorong Freeport untuk membangun smelter di Papua. Pemerintah, lanjut Sudirman, lantas memberikan kesempatan kepada Freeport untuk membangun pembangkit listrik. Namun nyatanya, opsi tersebut molor.

"Pilihan kedua, kalau mau cepat, ya enggak bisa di Papua. Ini yang harus menjadi titik tekan," lanjut Sudirman.

Kalau opsi kedua ini disepakati oleh Freeport, besar kemungkinan, hanya ada satu smelter yang akan dibangun. "Kalau dua-duanya dibangun, investasi berapa? Volume berapa? Kan itu jadi pertanyaan," imbuh dia.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla memaksa PT Freeport Indonesia untuk membangun smelter di Papua, dan bukan di Gresik, Jawa Timur, seperti yang direncanakan sebelumnya. Wapres menegaskan bahwa pembangunan smelter di Papua sebagai harga mati.

"Sejak awal, kita minta itu di Papua. Masalahnya, yang membangun itu bukan pemerintah, melainkan Freeport. Jadi, Freeport sekarang diminta membangun smelter, ya harus begitu," kata Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (30/1/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com