Juru Bicara Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Taufan Mahdi mengungkapkan harga CPO Indonesia tetap tak akan jadi benchmark pasar global sepanjang proses pengiriman atas komoditas itu tidak efisien.
"Misalnya kita lihat di pelabuhan Dumai Riau, proses pengapalan CPO bisa memakan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan yang di Malaysia yang prosesnya jauh lebih efisien. Lamanya proses pengapalan membuat pembeli khawatir harga kontrak CPO berubah. Akibatnya, harga CPO Indonesia susah menjadi acuan harga internasional," ujarnya Rabu malam (25/2/2015).
Dalam kesempatan itu, dia mengakui bahwa saat ini harga CPO sedang terpuruk. Melemahnya permintaan dari India dan China membuat harga komoditas ini di bawah 700 dollar AS per metrik ton. Dia pun pesimistis target ekspor yang dipatok pemerintah sebesar 36 miliar dollar AS pada 2019 bakal tercapai.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadhil Hasan menilai target 2019 pemerintah untuk nilai ekspor CPO, terlalu berat.
Berdasarkan rapat dengan Kementerian Perdagangan beberapa waktu lalu, nilai ekspor CPO di tahun 2019 ditargetkan sebesar 36 miliar dollar AS, atau naik 16 miliar dollar AS jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 19,3 miliar dollar AS.
Menurutnya, faktor harga komoditas pertanian dan perekonomian dunia yang sedang menurun juga perlu dipertimbangkan pemerintah dalam menerapkan target.
"Tren harga komoditas pertanian di dunia itu sedang menurun, kedua perekonomian dunia yang belum pulih. Soalnya sudah ada koreksi, bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan turun menjadi 35 persen sebelumnya 38 persen," kata Fadhil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.