Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Beras Manfaatkan Celah yang Dibuat Pemerintah

Kompas.com - 28/02/2015, 14:17 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Anggota Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan, Khudori, mengatakan, peniadaan beras untuk rakyat miskin (raskin) menjadi celah bagi pedagang untuk menaikkan harga beras. Menurut Khudori, pedagang tidak bisa disalahkan bila mengambil untung ketika permintaan beras melonjak akibat kebijakan pemerintah tersebut.

"Karena siapa pun, kalau celahnya terbuka seperti di bursa, penyimpangan terus berlangsung. Kalau pemerintah memang kebijakannya membuka celah, ya jangan salahkan itu pedagang mengambil untung. Itu pasti akan terjadi di komoditas apa pun, tidak hanya di beras," kata Khudori dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (28/2/2015).

Khudori mengatakan, akibat penghentian penyaluran raskin, ada peningkatan permintaan sebesar hampir 700.000 ton antara November 2014 dan Januari 2015. Perum Bulog hanya menggelontorkan beras dalam bentuk operasi pasar sebanyak 71.000 ton pada Desember 2014 hingga Januari 2015. Operasi pasar sebagai kompensasi peniadaan raskin ini semakin mengikis jumlah stok beras Bulog ketika kebutuhan akan beras meningkat.

Kondisi itu diperparah dengan mundurnya masa panen antara 1 dan 1,5 bulan. Perburuan beras oleh 15,5 juta rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTSPM) ke pasar membuka peluang pedagang beras yang sifatnya oligopoli untuk mulai mengatur keluarnya stok. Harga pun melejit.

"Pedagang pasti tahu pemerintah punya stok berapa, yang ada di Bulog berapa. Ketika tergerus untuk operasi pasar, (stok Bulog) itu kan semakin menipis. Kalau pedagang punya stok dan karena cadangan beras pemerintah itu sangat tipis, maka pasar itu sangat panas. Jadi pedagang menahan itu wajar karena memanfaatkan situasi, memanfaatkan celah yang dibuka oleh pemerintah," kata dia.

Penyaluran terhambat aturan

Dalam diskusi tersebut, Direktur Utama Pelayanan Publik Perum Bulog Lely Pritasari Subekti mengakui pemerintah tidak lagi memberikan bantuan raskin November-Desember 2014 sebanyak 232.000 ton setiap bulan untuk 15,5 juta RTSPM. Padahal, kata dia, raskin merupakan salah satu instrumen pengendali harga.

Selain itu, ada kendala lain berupa keterlambatan penyaluran pada Januari 2015. Hal itu menyebabkan permintaan ke pasar bertambah 696.000 ton.

Lely menyebutkan, Bulog tentu mau sesuai arahan pemerintah untuk mengguyur beras ke pasar. Namun, lagi-lagi persoalan administrasi menjadi hambatan.

"Bagi Bulog, mengeluarkan 300.000 ton (diminta) hari ini, besok sudah bisa keluar. Tapi prosedurnya harus ada permintaan dari daerah yang perlu verifikasi RTSPM. Bulog salah kalau mengeluarkan beras dari gudang tanpa surat permintaan alokasi (SPA). Kami bisa dikatakan tidak governance," ucap Lely.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com